Rabu 29 Dec 2021 02:25 WIB

Ekspor Nikel Mentah Disetop, Industri Pengolahan dan Smelter Bakal Menggeliat

Indonesia sebagai negara pengekspor terbesar produk berbasis nikel.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Smelter (Ilustrasi)
Smelter (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu tumbuhnya industri pengolahan dan pemurnian (smelter). Hal itu karena sejalan dengan kebijakan hilirisasi guna meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di dalam negeri.

Langkah strategis ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo, pemerintah akan menghentikan ekspor bahan mentah minerba secara bertahap. “Bapak Presiden Jokowi menekankan, kita akan setop ekspor bahan mentah nikel, kemudian tahun depan untuk bauksit, selanjutnya tembaga, emas, dan timah. Artinya, kita harus mendirikan industri smelternya di tanah air dalam rangka meningkatan nilai tambah raw material tersebut,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa (28/12).

Baca Juga

Kemarin, Senin (27/12), Kepala Negara didampingi sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju, antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menperin Agus meresmikan pabrik smelter bijih nikel PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) yang berlokasi di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Acara peresemian tersebut digelar di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Menperin menjelaskan, PT GNI merupakan industri smelter yang akan menghasilkan feronikel dengan kapasitas produksi mencapai 1,8 juta ton per tahun. 

Perusahaan ini memberikan nilai tambah yang tidak sedikit, dari bijih nikel yang diolah menjadi feronikel, nilai tambahnya meningkat sebesar 14 kali lipat. Apabila dari bijih nikel diolah menjadi billet stainless steel, nilai tambahnya meningkat 19 kali lipat.

“Oleh karenanya, dengan penambahan investasi oleh PT GNI ini, program hilirisasi mineral berbasis sumber daya alam di tanah airbisa semakin cepat pencapaiannya. Hal ini melengkapi lini produksi yang dilakukan oleh pabrik smelter PT Obsidian Stainless Steel di Konawe, Sulawesi Tenggara,” jelas Agus.

PT Obsidian Stainless Steel merupakan industri smelter penghasil feronikel dengan kapasitas sebesar 1,2 juta ton per tahun, dan memproduksi billet stainless steel dengan kapasitas 1 juta ton per tahun. Selain itu, terdapat PT Virtue Dragon Nickel Industry, yangjuga merupakan pabrik smelter penghasil feronikel dengan kapasitas mencapai 1 juta ton per tahun.

“PT GNI, PT Obsidian Stainless Steel, PT Virtue Dragon Nickel Industry, merupakan satu group yang telah dan akan menjadi bagian dari rencana besar pemerintah Indonesia untuk mendorong hilirisasi industri dalam peningkatan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri,” jelas Menperin. Total investasi dari ketiga industri smelter tersebut mencapai 8 miliar dolar AS, dengan target penyerapan tenaga kerja sebanyak 27 ribu orang. 

Dari perusahaan yang beroperasi, sudahmampu menyumbang kepada penerimaan negara berupa pajak sebesar Rp1,03 triliun sejak 2019 hingga 2021. Secara keseluruhan, nilai realisasi investasi pabrik smelter nikel yang ada di Indonesia sampai saat ini sudah menembus 15,7 miliar dolar AS. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement