Selasa 07 Dec 2021 19:03 WIB

Materi Erupsi Panas Jadi Kendala Evakuasi Korban Semeru

Tim DVI Polri sudah menerima 30 korban erupsi Semeru untuk diidentifikasi.

Tim SAR gabungan menggali material guguran awan panas Gunung Semeru saat pencarian korban yang tertimbun material tersebut di Desa Sumberwuluh, Lumajang, Jawa Timur, Selasa (7/12/2021). Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban meninggal hingga pukul 12.00 WIB hari ini berjumlah 34 orang dan 16 orang dalam proses pencarian.
Foto: Antara/Zabur Karuru
Tim SAR gabungan menggali material guguran awan panas Gunung Semeru saat pencarian korban yang tertimbun material tersebut di Desa Sumberwuluh, Lumajang, Jawa Timur, Selasa (7/12/2021). Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban meninggal hingga pukul 12.00 WIB hari ini berjumlah 34 orang dan 16 orang dalam proses pencarian.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Wilda Fizriyani, Fauziah Mursid, Antara

Proses evakuasi korban hilang akibat erupsi Gunung Semeru masih terkendala hingga kini. Salah satu penyebabnya, yakni sisa material erupsi yang masih panas.

Baca Juga

Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Joko Sambang menyatakan, instansinya harus menggunakan alat berat untuk mengevakuasi korban. Saat ini BPBD dan para relawan mencari korban dengan sistem manual. "Anjing pelacak sudah ada, tapi sementara ini pakai manual," ujar Joko saat dihubungi, Selasa (7/12).

Cara manual dilakukan dengan menghampiri sebuah titik jika terdapat lalat berkerumun. Apabila ada yang mencurigakan, tim akan menghampiri lokasi tersebut, termasuk dengan alat beratnya.

Menurut Joko, penggunaan cangkul untuk mencari korban hanya bisa dilakukan saat sisa material erupsi sudah dingin. Pihaknya tidak berani menggunakan alat tersebut apabila material sisa erupsi masih panas. "Karena prinsip rekan-rekan di lapangan, tujuan penyelamatan jangan sampai kita yang diselamatkan," katanya.

Berdasarkan laporan yang diterima, lokasi terparah akibat erupsi berada di Dusun Curah Kobokan, Desa Supit Urang, Pronojiwo dan Dusun Kajar Kuning, Sumberwuluh, Candipuro, Kabupaten Lumajang.

Lokasi ini dianggap parah karena abu erupsi telah membuat rumah-rumah warga tertutup hingga menyisakan atap. Tim BPBD yang bertugas mendata fasilitas umum (fasum) hanya bisa mengambil data dari balai desa. "Jadi, misal di sekitar itu sekian, gitu saja. Cuma belum bisa diidentifikasi karena kami tidak tahu kondisi rumah awalnya seperti apa. Jadi, belum bisa kami petakan," ujarnya.

Hingga Selasa sore, jumlah warga Kabupaten Lumajang yang meninggal akibat erupsi Gunung Semeru terus bertambah. Terbaru, BPBD Kabupaten Lumajang mencatat ada 29 orang meninggal akibat erupsi.

Joko Sambang menyatakan, total korban meninggal dunia tersebut termasuk tambahan tujuh orang pada Selasa (7/12). Jumlah ini kemungkinan akan bertambah mengingat ada laporan baru dari lapangan. "Cuma kami tidak berani menyampaikan karena nunggu hasil dari tim yang di RS," kata dia.

Dari 29 korban meninggal dunia, delapan di antaranya masih belum teridentifikasi. Delapan korban ini masih berada di kamar mayat Rumah Sakit (RS) Kabupaten Lumajang. Sementara untuk korban meninggal lainnya sudah dimakamkan di tempat masing-masing.

Menurut Joko, hal yang menyebabkan proses identifikasi ini lambat karena kondisi mayat yang sudah rusak. Sebab itu, dibutuhkan tim khusus yang harus mendeteksi lebih perinci mengenai identitas korban. "Mungkin dipakai sidik jari atau DNA. Itu langkah-langkah lebih lanjut nanti," katanya.

Sementara itu, Joko tak menampik ada banyak laporan kehilangan keluarga dari masyarakat. Namun, hingga sekarang, BPBD dan sejumlah instansi serta relawan masih berusaha untuk mencari warga yang hilang. Dalam hal ini termasuk di titik-titik yang mungkin masih terkubur jenazah korban erupsi.

Tim Disaster Victim Investigation (DVI/Penyelidik Korban Bencana) Polri sudah menerima 30 jenazah korban letusan Gunung Semeru untuk diidentifikasi di RSUD Haryoto Lumajang. Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Kepolisian Indonesia Komisaris Besar Polisi Ahmad Ramdhan, dalam konferensi pers dari Jawa Timur, Selasa, mengatakan, 10 dari 30 jenazah yang diterima telah diidentifikasi tim itu.

"Jadi, 10 sudah berhasil diidentifikasi. Sedangkan, 10 lagi masih dalam proses. Jadi, ada 20 yang diproses. Sementara 10 lagi masih dalam pemeriksan pos mortem," ujar Ramadhan.

Ia memerinci, dari 10 jenazah yang berhasil teridentifikasi tim itu, terdiri atas enam jenazah laki-laki dan empat jenazah perempuan. "Lima jenazah telah diserahkan kepada pihak keluarga," kata dia.

Polisi mengimbau masyarakat yang kehilangan anggota keluarganya dapat melapor ke Posko DVI Polri, baik posko post mortem ataupun ante mortem yang ada di RSUD Haryoto. Ia juga memastikan, jenazah yang telah diidentifikasi akan difasilitasi penyerahannya kepada pihak keluarga.

"Setelah jenazah diidentifikasi, Polri dan RSUD Haryoto segera menyerahkan kepada pihak keluarga. Dan Polri maupun RSUD memfasilitasi, mengantarkan ke pihak keluarga atau ke tempat persemayamannya," ujar dia.

Lima jenazah yang teridentifikasi, yakni Bangun Triyono (33), Faidi (70), keduanya jenazah laki-laki. Sementara itu, tiga jenazah perempuan, yakni Lulu (49), Yatipak (60) dan Bu Oni (55), ketiganya beralamat di Curah Grobogan.

Kepala Bidang Dokkes Polda Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Erwin Zainul Hakim, menjelaskan, satu jenazah merupakan pasien luka bakar yang meninggal di ICU, dengan identitas bernama Tuan Edy Pramono (35). Kemudian empat jenazah lainnya, jenazah label 005 teridentifkasi melalui identifikasi sekunder dua, yaitu ciri-ciri medis dan melalui properti, atas nama Daffa (15), laki-laki asal Dusun Sumber Wono.

Kantong jenazah nomor label 006, teridentifikasi melalui proses identifikasi sekunder, ciri-ciri medis dan melalui properti, dengan nama Roni (35). Kantong jenazah 007, sama-sama teridentifikasi mellaui proses identifikasi sekuder dua, atas nama Noman Kafelaulisa (19), perempuan asal Dusun Sumber Wono.

Jenazah label 008, teridentifikasi dua ciri medis dan properti atas nama Alvan (23), laki-laki asal Dusun Sumber Wono. "Hari ini sementara sedang diproses tiga jenazah lagi, mohon doannya mudah-mudahan segera bisa dilakukan proses identifikasi," kata Erwin.

Erwin menambahkan, untuk mempercepat proses identifikasi, Tim DVI mendukung partisipasi masyarakat yang merasa ada keluarganya tertimpa musibah untuk melaksanakan proses pengambilan data antemortem. Sehingga proses identifikasi segera bisa ditentukan dan diputuskan prosesnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement