Ahad 05 Dec 2021 07:23 WIB

Tahun Depan, Mobil 'Murah' Masih Eksis?

Dari sisi penjualan, LCGC atau biasa disebut mobil murah, tidak jelek-jelek amat.

Penjualan mobil LCGC di tahun mendatang kemungkinan masih bagus. Foto pengunjung melihat-lihat mobil bekas di Pusat Penjualan Mobil Bekas, Blok M, Jakarta, Jumat (27/9). -ilustrasi-
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Penjualan mobil LCGC di tahun mendatang kemungkinan masih bagus. Foto pengunjung melihat-lihat mobil bekas di Pusat Penjualan Mobil Bekas, Blok M, Jakarta, Jumat (27/9). -ilustrasi-

Oleh : Agung Sasongko, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika konsep mobil murah dan ramah lingkungan (LCGC) diperkenalkan, antusiasme masyarakat begitu tinggi. Penjualan kendaraan yang akhirnya dicap “mobil murah” itu berbuah manis.

Datsun yang berafiliasi dengan Nissan merasakan tingginya minat masyarakat pada mobil LCGC. Menyusul kemudian, Honda dengan Brio Satya; Toyota dan Daihatsu dengan Ayla dan Agya juga Calya dan Sigra pada segmen kendaraan tujuh penumpang.

Seiring perjalanan waktu, Datsun akhirnya mundur dari kompetisi. Suzuki juga dikabarkan akan menghentikan produksi Wagon R untuk pasar Tanah Air. Praktis tinggal Honda dan Toyota-Daihatsu. Pertanyaannya, apakah tahun depan, LCGC masih bisa eksis?

Dari sisi penjualan, LCGC tidak jelek-jelek amat. Bahkan boleh dibilang masih moncer. Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) bulan Oktober 2021, total penjualan mobil LCGC mencapai 12.175 unit. Dari data tersebut, sebanyak 6.379 unit berasal dari LCGC 7 penumpang, sedangkan LCGC 5 penumpang 5.796 unit.

Ada banyak faktor pendorong pasar LCGC masih menjanjikan. Dari segi harga, boleh dibilang LCGC masih menjadi pilihan keluarga yang berniat memiliki mobil pertama. Improvement LCGC baik dari segi tampilan maupun fitur-fitur terus dilakukan pabrikan. Apalagi sudah ada pilihan mobil tujuh penumpang dengan fitur keamanan dan kenyaman yang lebih lengkap.

Faktor lainnya, kendaraan 'sejuta umat' seperti Avanza dan Xenia kini harganya menembus Rp.200 jutaan. Juga dengan Xpander, Ertiga, atau Mobilio. Untuk segmen hatchback seperti Yaris dan City Hatchback (yang menggantikan Jazz) harganya juga menembus rentang harga Rp.200 jutaan. Segmen ini boleh dibilang naik kelas sehingga slot yang ditinggalkan diisi oleh LCGC.

Tak hanya LCGC yang mendapatkan durian runtuh, naik kelasnya low MPV dan hatchback ini menyisakan peluang untuk mobil bekas, termasuk pula LCGC bekas. Pasalnya, sebagian masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi selama masa pandemi. Saya kira, pasar mobil bekas Tanah Air akan selalu dinamis.

Khusus mobil bekas, pada segmen mobil di bawah 100 juta yang paling merasakan manisnya penjualan mobil bekas. Kok bisa?

Segmen ini banyak diincar konsumen  yang enggan membeli LCGC namun memilih kendaraan dengan harga yang sama namun miliki fitur lengkap, nyaman, tujuh penumpang dan tahun produksi yang tidak terlalu tua, seperti Grand Livina, Ford, Chevrolet, dan lainnya.

Sementara, pada segmen di atas Rp.150 jutaan bukan berarti sepi peminat. Segmen ini adalah opsi alternatif mereka yang mengincar Suzuki Ertiga dan Honda Mobilio generasi pertama yang harganya mulai reasonable.

Jika dilihat dari laman e-commerce otomotif,  pada segmen ini pilihannya  lebih banyak dengan rentang harga yang juga kompetitif. Tinggal konsumen yang pandai untuk memilih unit mana yang ready to use dan minim perbaikan.

Bagaimana dengan mobil bekas taksi dan perusahaan? Khusus segmen ini memang terbilang unik. Faktor harga dan kondisi unit jelas sangat menggoda konsumen.  Ada kendaraan bekas taksi dibuka harga Rp.55 jutaan dengan usia unit terhitung muda.  Namun, Anda jangan berharap mendapat kilometer rendah pada segmen ini. Kalau pun dapat, Anda berarti sangat beruntung.

Kesan label “mobil capek” atau bekas perusahaan, saya kira konsumen kini tak lagi ambil pusing. Apalagi  dengan meng-upgrade tampilan, kesan bekas taksi atau perusahaan hilang sendirinya. Perlu diingat, Anda jangan lupa siapkan budget yang tergantung dengan kondisi unitnya.

Ihwal memilih mobil bekas, konsumen kini tak lagi perlu susah-susah berburu unit. Kehadiran jasa inspeksi kendaraan menjadi solusinya. Jika Anda menelusuri jejaring video youtube, ada banyak konten soal ini.

Tak sekedar jasa inspeksi kendaraan, ada juga yang paket lengkap, mulai  dari mencarikan unit, memperbaiki hingga mengirim ke luar daerah. Ada juga yang mengunggah target unit buruan kliennya sehingga mempermudah memperoleh unit. Ini jadi perkembangan menjanjikan untuk konsumen yang mempertimbangkan pembelian mobil bekas.

Akhirnya bila melihat perkembangan dinamis pasar otomotif Indonesia, LCGC berpeluang besar untuk bertahan. Entah nantinya apakah masih berlabel LCGC atau tidak, kemungkinan akan selalu ada segmen kendaraan yang berharga terjangkau. Hanya saja, beda nama atau  kemasannya.

Justru yang menarik ditunggu adalah bagaimana kesiapan Indonesia khususnya dan pasar dunia umumnya menyambut  kendaraan listrik, utamanya mobil listrik. Dalam tulisan yang dimuat republika.co.id, Pengamat otomotif dan akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu mengungkapkan pasar kendaraan listrik akan lebih bergairah pada 2022.

“Makin populernya mobil listrik ini sejalan dengan berbagai upaya edukasi yang dilancarkan pemerintah, produsen otomotif dan ketertarikan masyarakat pada teknologi baru,”katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement