Senin 15 Nov 2021 07:50 WIB

Covid-19 dan Mandat Menuju Jalan Perubahan

Potensi terbesar penularan Covid-19 bersumber pada aktivitas masif masyarakat.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin usai acara Global COVID-19 Summit secara virtual, Rabu (22/9). Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Global Covid-19 Summit di sela-sela acara United Nation General Assembly atas undangan pribadi dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Jokowi memberikan tiga masukan untuk negara lain dalam mengatasi pandemi Covid-19.
Foto:

Jalan perubahan

Rangkaian peristiwa pandemi yang melanda dunia selalu menuntut perubahan perilaku manusia yang lebih sehat. Contohnya, saat Wabah Hitam atau Black Death kali pertama melanda Eropa pada pertengahan hingga akhir abad ke-14.

Saat itu, muncul produk sabun untuk memudahkan masyarakat mencuci tangan agar "Black Death" yang dipicu kutu yang dibawa tikus mati dan tidak membawa virus ke dalam tubuh manusia.

Peristiwa lainnya, saat human immunodeficiency virus (HIV) memakan puluhan juta korban yang menuntut perubahan perilaku dalam berhubungan badan. Pun dengan kebiasaan baru menghadapi Covid-19. Dibutuhkan konsistensi masyarakat dalam mengubah kebiasaan baru yang lebih sehat.

Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Reisa Broto Asmoro mengatakan, perilaku 5M terbukti menurunkan sejumlah kasus penyakit di berbagai daerah di Indonesia maupun dunia. Ilmuwan Center for Disease Control and Prevention di Atlanta Amerika pada September 2020 melaporkan 5M telah menurunkan kejadian influenza musiman di Amerika Serikat berkat adanya masker dan jaga jarak. Situasi serupa juga terjadi di Chile, Australia dan Afrika selatan.

Pada situasi di dalam negeri, Puskesmas Karangasem, Bali, melaporkan situasi serupa. 5M turut menurunkan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). "2019 pernah tercatat 945 kasus dan 2020 turun 750 kasus dan pada tahun ini sampai dengan Oktober terdata ada 450 kasus," katanya.

Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir minimal selama 20 detik, kata Reisa, juga membantu mengurangi masuknya kuman ke dalam tubuh manusia. Salah satunya di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, kasus diare berkurang 1.300 kasus di 2020 dibandingkan 2019.

Reisa mengatakan, perilaku menjaga jarak diyakini membuat masyarakat terhindar dari berbagai penyakit menular. Seperti batuk, pilek bahkan tuberkulosis, meskipun belum ada penelitian yang komprehensif.

Inisiatif mengurangi mobilitas sampai dengan 30 persen di bawah rata-rata pada masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di awal pandemi, juga membantu mengurangi polusi dan menaikkan kualitas udara.

"Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melaporkan bahwa indeks standar pencemaran udara di DKI Jakarta, Padang, Pekanbaru, Makassar dan Banjarmasin menurun," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement