Kamis 30 Sep 2021 13:55 WIB

'46,4 Persen Responden Percaya Isu Kebangkitan Komunisme'

Ada 12 persen responden percaya komunisme bangkit karena ulama banyak ditangkap.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus raharjo
Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun saat konferensi pers hasil survei di kawasan Jakarta Pusat, Senin (24/2).
Foto: Republika/Mimi Kartika
Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun saat konferensi pers hasil survei di kawasan Jakarta Pusat, Senin (24/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media Survei Nasional (Median) menyampaikan hasil survei terbaru bertajuk 'Melihat Persepsi Publik Atas Isu Komunisme dan Reshuffle Kabinet'. Hasilnya sebanyak 46,4 persen responden masih percaya isu kebangkitan komunisme di Indonesia.

"Yang percaya itu 28,5 persen, sangat percaya 17,9 persen, jadi kalau dijumlah yang percaya terhadap isu kebangkitan komunisme di Indonesia, itu 46,4 persen," kata Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median), Rico Marbun, Kamis (30/9).

Sementara responden yang tidak percaya terhadap isu kebangkitan komunisme di Indonesia sebanyak 45 persen. Jika dirinci, sebanyak 31,5 persen responden menyatakan tidak percaya, sedangkan 13,5 persen menyatakan sangat tidak percaya. Sementara responden yang tidak menjawab dan tidak tahu 8,6 persen.  

"Jadi ada selisih cukup tipis begitu sekitar 1,4 persen antara yang percaya dan tidak, tetapi sampai detik ini publik yang percaya ada kebangkitan komunisme itu kurang lebih ada 46,4 persen," ujarnya.

Rico mengatakan, survei juga menanyakan alasan responden percaya komunisme bakal bangkit. Hasilnya sebanyak 12,3 persen menjawab karena adanya tenaga asing dan proyek-proyek Cina di indonesia. Kemudian ada 12 persen responden  menyatakan alasan mereka percaya isu kebangkitan komunisme karena ulama banyak ditangkap.

"11,8 persen itu menganggap Indonesia tergantung vaksin dari Cina, kemudian yang keempat, negara Cina ingin mencaplok Natuna 9,4 persen, kemudian dianggap Cina ingin menguasai ekonomi Indonesia 9 persen," jelasnya.

Kemudian responden yang menganggap sejarah komunis dikaburkan ada 6,6 persen, banyak serangan ke penceramah sebanyak 5,4 persen. Selain itu usaha mengganti Pancasila Trisila (4,6 persen), konflik Laut Cina Selatan (4,5 persen) dan komunis tidak akan pernah mati (1,3 persen).

Sementara itu responden yang tidak percaya isu kebangkitan komunisme di Indonesia menjawab komunisme dan PKI sudah dilarang di Indonesia sebanyak 18 persen. Sebanyak 14,5 persen responden menjawab PKI sudah tidak ada. Sementara 10 persen responden menganggap komunisme sudah jadi sejarah.

"Indonesia punya Pancasila dianggap bisa menjaga 8,5 persen, isu komunisme kepentingan politik 6,6 persen. (yang menganggap) Ini hanya siasat adu domba 5,7 persen, agama di Indonesia dilindungi 4,4 persen, hoaks 3 persen," ujar Rico

Pengambilan data survei tersebut dilakukan pada 19-26 Agustus 2021. Responden yang dilibatkan dalam survei itu sebanyak 1.000 responden dengan margin of error sebesar +/- 3 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel dipilih secara acak dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender. Quality control dilakukan terhadap 20 persen sampel yang ada sesuai dengan standar metodologi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement