Sabtu 25 Sep 2021 05:59 WIB

Pariwisata Bali Mulai Siap Dibuka untuk Wisman

Kemenparekraf mengupayakan pembukaan dan penerimaan kunjungan wisatawan ke Bali.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Andi Nur Aminah
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno (kanan) mencoba permainan tradisional saat mengunjungi Desa Wisata Tenganan Pegringsingan, Karangasem, Bali, Jumat (24/9/2021). Kunjungan tersebut dilakukan Sandiaga Uno dalam rangkaian Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 untuk mendorong desa wisata menjadi destinasi pariwisata berkelas dunia, berdaya saing dan berkelanjutan serta menjadi salah satu alternatif destinasi wisata yang aman pada masa pandemi COVID-19.
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno (kanan) mencoba permainan tradisional saat mengunjungi Desa Wisata Tenganan Pegringsingan, Karangasem, Bali, Jumat (24/9/2021). Kunjungan tersebut dilakukan Sandiaga Uno dalam rangkaian Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 untuk mendorong desa wisata menjadi destinasi pariwisata berkelas dunia, berdaya saing dan berkelanjutan serta menjadi salah satu alternatif destinasi wisata yang aman pada masa pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno menggelar rapat terbatas bersama beberapa stakeholder pariwisata Bali. Rapat ini sebagai upaya pembukaan dan penerimaan kembali kunjungan wisatawan mancanegara ke pulau dewata.

Sandiaga Uno seusai rapat yang digelar di Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Bali bersama Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) dan para perwakilan Industri pariwisata Bali, Jumat (24/9) menjelaskan, hasil rapat terbatas tersebut nantinya akan disampaikan kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan saat rapat tingkat Menteri pada 30 September 2021. “Dari masukan yang disampaikan oleh Wagub dan pemangku kepentingan atau stakeholder pariwisata, pertama kondisi di Bali sudah menunjukkan situasi yang kondusif dan langkah persiapan ini sudah masuk tahap akhir. Sesuai arahan dari Pak Luhut, kita akan persiapkan pada Oktober 2021,” kata Sandiaga melalui siaran pers, Jumat (25/9).

Baca Juga

Selanjutnya, Sandiaga menjelaskan penerapan protokol kesehatan dan integrasi aplikasi Pedulilindungi harus disiapkan di berbagai destinasi. Sebagai upaya untuk menekan transmisi lokal seminimal mungkin dan penguatan kapasitas respons testing, tracing, dan treatment.

“Dan yang terakhir adalah terakhir penyiapan paket-paket wisata adaptasi. Paket wisata adaptasi yang berkaitan dengan perluasan green zone yang akan dipersiapkan oleh temen-temen industri,” katanya.

Sandiaga juga menjelaskan, pihaknya ingin seluruh destinasi wisata di Bali masuk dalam kategori zona hijau. Saat ini tiga lokasi percontohan yang diberi nama SUN, yakni Sanur, Ubud, dan Nusa Dua sudah disiapkan sebagai pilot project untuk menerima wisatawan mancanegara ke Pulau  Dewata.

“SUN ini masuk sebagai destinasi green zone untuk di Bali. Dan ini yang akan kita coba persiapkan termasuk mendorong CHSE dan Pedulillindungi yang terus kita tingkatkan,” katanya.

Terkait negara potensial untuk mendatangkan wisman, Menparekraf Sandiaga menjelaskan bahwa pihaknya terus mengkaji negara-negara mana yang menjadi target. Namun harus diperhatikan juga penangangan pandemi Covid-19 di originasi tersebut lantaran adanya varian-varian baru Covid-19.

"Kita terus pantau, dan ada beberapa negara yang target potensial dan ini nanti juga yang akan kita bahas pada 30 September 2021. Lantaran harus kita sesuaikan terkait penanganan Covid-19 di originasi wisatawan tersebut dan varian-varian baru yang terus kita pantau secara ketat," katanya.

Sementara itu, Wagub Bali Cok Ace menjelaskan, pemerintah terus berupaya untuk memonitor dan memantau situasi Covid-19 sebagai salah satu upaya menerima kembali wisatawan mancanegara ke Bali. Namun ia berharap ada beberapa rencana terkait jadi atau tidaknya pembukaan Bali dalam waktu dekat.

“Namun demikian, ini bukan persoalan dibuka atau tidak yang hanya hitam dan putih. Kita berharap adanya plan a, b, dan c. Jadi tidak perkara dibuka atau ditutup tapi ada level-level yang perlu kita jajaki baik terkait objek-objek wisata atau tempat-tempat karantina. Dan akomodasi yang kita persiapkan,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement