Jumat 27 Aug 2021 07:19 WIB

'Kudeta' Raja Kasepuhan, Mematik Bara Seteru Dualisme Sultan

Santana Kesultanan Cirebon tak akui Luqman maupun Rahardjo sebagai Sultan Kasepuhan.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Keraton Kasepuhan Cirebon, sebuah kerajaan Islam ternama di Jawa Barat.
Foto:

Lantik kabinet

Tak hanya melakukan jumenengan, Rahardjo juga melantik kabinetnya, Rabu (25/8) pagi. Kegiatan pelantikan itu berlangsung di Jinem Pangrawit, Keraton Kasepuhan. 

 

photo
Rahardjo Djali, melakukan proses jumenengan dan menyatakan dirinya sebagai Sultan Sepuh Aloeda II di Keraton Kasepuhan Cirebon. - (Istimewa)

 

Terjadi kericuhan ketika pelantikan itu berlangsung. Ratu Alexandra Wuryaningrat, adik dari almarhum Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat, mendatangi lokasi pelantikan. Dia mengaku, terkejut karena kegiatan itu dilakukan tanpa seizin Sultan Sepuh XV, PRA Luqman Zulkaedin.

"Harus seizin sultan," tegas perempuan yang menjabat sebagai Kepala Badan Pengelola Keraton Kasepuhan sekaligus bibi dari Sultan Sepuh XV, PRA Luqman.

Kedatangan Alexandra dan sejumlah pendukungnya langsung dihalau oleh para pendukung Rahardjo Djali. Karenanya, sempat terjadi aksi saling dorong dan tuding serta perdebatan di antara pendukung kedua kubu. 

Alexandra kemudian kembali masuk ke dalam keraton. Dia menyatakan, Keraton Kasepuhan hanya memiliki satu sultan, yakni Sultan Sepuh XV, PRA Luqman Zulkaedin.

"Di Keraton Kasepuhan ini sultan hanya satu (PRA Luqman Zulkaedin). Tidak ada sultan yang lain," tukas Alexandra. 

Sementara Rahardjo menyatakan, tidak memerlukan izin siapapun untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dia menegaskan, pihaknya merupakan keluarga besar Keraton Kasepuhan.

Ketegangan yang sempat mereda, justru bertambah panas di siang harinya dengan adanya pelemparan batu oleh sekelompok massa yang tak dikenal. Saat itu, selepas Dzuhur, sejumlah pendukung Rahardjo keluar dari Omah Kulon dan mengunjungi Lunjuk.

Tiba-tiba, sekelompok massa keluar dari keraton dan melakukan pelemparan batu. Belum diketahui dari mana kelompok massa itu berasal. Pendukung dari kubu Rahardjo pun berlarian ke Omah Kulon untuk menghindari lemparan batu tersebut.

Aparat kepolisian lantas membubarkan kelompok massa hingga mereka keluar dari lingkungan keraton. Polisi pun mengosongkan lingkungan keraton. Warga, termasuk yang hendak berwisata ke Keraton Kasepuhan, tidak diperkenankan memasuki lingkungan keraton.

Aparat kepolisian bersama dengan TNI berjaga di Keraton Kasepuhan. Hingga Kamis (26/8), penjagaan masih dilakukan meski dengan skala yang lebih kecil. Situasi pun terkendali dan kunjungan wisata kembali normal.

"Situasi kondusif," kata Kapolres Cirebon Kota, AKBP Imron Ermawan.

Menanggapi pelemparan batu itu, Rahardjo mengaku, tidak mengharapkan hal itu terjadi. Namun, dia bersyukur, bukan pihaknya yang mendahului terjadinya ‘hujan batu’ tersebut.

"Merekalah yang mendahului. Kami tetap berpegang teguh jangan sampai ada tindakan yang mengarah pada tindak pidana dari pihak kami," cetus Rahardjo.

Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin hingga berita ini diturunkan, belum memberikan tanggapannya. Pesan yang dikirimkan Republika, hingga kini belum mendapatkan balasan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement