Rabu 25 Aug 2021 05:41 WIB

Pengungsi Afghanistan: Kami Stres, Sudah 14 Orang Bunuh Diri

'Berapa tahun lagi kami di negara transit? Keluarga kami tidak merasa aman di sini.'

Rep: Febryan. A  / Red: Ratna Puspita
Massa dari Pencari Suaka asal Afghanistan melakukan aksi di depan kantor Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Kebon Sirih, Jakarta, Selasa (24/8). Dalam aksinya, massa menuntut kejelasan kepada UNHCR terakit status penempatan pencari suaka di negara ketiga. Aksi tersebut dibubarkan aparat kepolisian untuk menghindari kerumunan pada masa PPKM level 3 di Jakarta. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Massa dari Pencari Suaka asal Afghanistan melakukan aksi di depan kantor Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Kebon Sirih, Jakarta, Selasa (24/8). Dalam aksinya, massa menuntut kejelasan kepada UNHCR terakit status penempatan pencari suaka di negara ketiga. Aksi tersebut dibubarkan aparat kepolisian untuk menghindari kerumunan pada masa PPKM level 3 di Jakarta. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama bertahun-tahun tinggal sementara di Indonesia, para pengungsi asal Afghanistan merasa stres. Bahkan, beberapa di antaranya memilih mengakhiri hidupnya sendiri. 

"Untuk berapa tahun lagi kita tinggal di sini, dalam negara transit? Keluarga kami tidak merasa aman di sini dan sudah banyak yang stres," kata Hakmat, salah seorang perwakilan pengungsi Afghanistan yang ikut mediasi dengan pihak Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) Indonesia, di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (24/8). 

Baca Juga

Bahkan, Hakmat mengatakan, sudah 14 orang rekan senegaranya yang memilih bunuh diri di Indonesia. Musababnya, mereka stres tak kunjung ditempatkan ke negara ketiga, sedangkan di Indonesia mereka tak bisa memenuhi hak-hak dasarnya. 

"Dia (bunuh diri) karena jauh dari keluarganya. Dia juga tidak bisa kerja serta nggak ada hak-hak seperti bersekolah. Kita sangat sulit tinggal di sini selama 8 tahun hingga 10 tahun," kata Hakmat. 

Para pengungsi asal Afghanistan tinggal sementara di Indonesia atau negara transit sembari menanti UNHCR menempatkan ke negara ketiga (resettlement). Indonesia tak bisa menerima mereka lantaran tak ikut menandatangani Konvensi Pengungsi 1951. 

Mereka kebanyakan berharap segera ditempatkan ke Australia, tapi negeri Kanguru itu menutup pintu masuk bagi imigran sejak 2014 silam. Kegelisahan selama terlunta di Indonesia itu lah yang membuat ratusan pengungsi asal Afghanistan menggelar demonstrasi di depan kantor UNHCR, Kebon Sirih, sejak Selasa pagi hingga sore.

"Perpindahan ke negara tujuan dan kebebasan adalah hak kami," demikian bunyi salah satu poster tulisan tangan yang diangkat salah satu pengungsi. 

Bagi mereka, kembali ke Afghanistan sudah tidak memungkinkan. Sebab, Taliban sudah kembali berkuasa sehingga keberadaan suku minoritas Hazara kembali terancam. 

"Kami di sini kumpul hampir 800 orang memang kebanyakan dari Hazara. Keluarga kami di Afghanistan kondisinya sekarang tidak bagus karena tiap saat, tiap jam mereka khawatir," kata Qurban Ali Mirzai (27), pengungsi asal Provinsi Ghazni, tak jauh dari ibu kota Kabul. 

Afghanistan berkecamuk dalam sepekan terakhir usai Taliban (kelompok yang mayoritas diisi suku Pasthun) mengambil alih pemerintahan dan Kota Kabul. Warga sipil Afghanistan kabur ke berbagai negara karena takut dengan cara Taliban memerintah, sebagaimana mereka dulu berkuasa 1996-2001. Ketika itu, Taliban menerapkan hukum syariat Islam superkaku dan juga diskriminatif kepada kelompok minoritas. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement