Kamis 12 Aug 2021 15:35 WIB

Kepala BPIP: Covid Perang Dunia Ketiga, Musuhnya Siapa Pun

Jangan pernah berkeras kepala mengatakan saya tidak percaya Covid.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Agus Yulianto
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi.
Foto: Rumah Zakat
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi mengatakan, pandemi Covid-19 merupakan perang dunia ketiga dengan musuh siapa pun. Covid-19 menyerang siapa saja tanpa pandang bulu.

"Covid ini saya sampaikan ini adalah perang dunia ketiga," ujar Yudian dalam seminar nasional sosialisasi pembinaan ideologi Pancasila secara daring, Kamis (12/10).

Namun, dalam perang dunia ketiga kali ini terdapat keanehan dari perang sebelumnya. Musuh dari Covid-19 siapa pun, bukan negara atau agama tertentu.

Bahkan, Presiden Amerika Serikat sebelumnya, Donald Trump, dengan segala pengamanan yang melekat pada dirinya juga terpapar Covid-19. Donald Trump sempat menentang virus corona ini dengan mengabaikan protokol kesehatan.

Kemudian, tidak ada teknologi militer, tetapi banyak korban berjatuhan di belahan dunia akibat infeksi Covid-19. Pandemi Covid-19 pun menyebabkan bergugurannya tenaga medis sebagai garda terdepan.

"Yang keempat ini yang sangat sensitif untuk kita orang Islam, itu ulama-ulama, ustadz-ustadz yang berbicara tentang Covid itu, menentang-menentang itu ada apa, mohon maaf saya," kata Yudian.

Dia meminta, para ulama membantu pemerintah membantu melawan Covid-19 dan meluruskan pemahaman masyarakat mengenai Covid-19. Sebab, masih ada sebagian orang, termasak tokoh agama yang mengabaikan keberadaan virus menular ini sehingga tidak menerapkan protokol kesehatan.

"Jangan pernah berkeras kepala mengatakan 'saya tidak percaya Covid karena saya tidak bisa melihat'," tutur dia.

Menurut Yudian, ada itu tidak harus terlihat dan tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Masyarakat umum harus diberikan pemahaman terkait eksistensi Covid-19 dan tingkat bahayanya secara alamiah.

Tenaga medis dan para ulama atau kiai yang wafat menjadi bukti keberadaan virus corona. Yudian berharap para ulama dan ustadz dapat menggerakkan masyarakat lebih disiplin menerapkan protokol kesehatan dan mengerti bahaya Covid-19.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement