Ahad 08 Aug 2021 21:31 WIB

Guru Surabaya Wasit Olimpiade Tokyo, Harap Arek Suroboyo Jadi Bonek Sejati

Guru Surabaya wasit Olimpiade Tokyo harap arek Suroboyo jadi bonek sejati.

Rep: jatimnow.com/ Red: jatimnow.com
.
.

jatimnow.com - Prestasi membanggakan Qomarul Lailah atau yang akrab disapa Lia, menjadi sorotan usai menjadi wasit badminton di Olimpiade 2020 di Tokyo. Guru mata pelajaran Bahasa Inggris SD Negeri Sawunggaling 1 Surabaya, tersebut diharap mampu menjadi penyemangat pada guru maupun pelajar di Kota Pahlawan.

Kepala Bidang (Kabid) Sekolah Dasar (SD) Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, M. Aries Hilmi, menyatakan bangga atas terpilihnya Qomarul Lailah menjadi wasit Olimpiade Tokyo 2020. Apalagi sebelumnya, Lia sudah menjadi wasit internasional di beberapa gelaran multieven olahraga.

“Jadi memang luar biasa ada guru kita yang menjadi wasit di event internasional. Semangat ini lah yang kita harapkan dan mampu mewarnai guru-guru yang ada di Kota Pahlawan,” kata M. Aries Hilmi, sebagaimana rilis yang diterima jatimnow.com, Minggu (8/8/2021).

Baca juga : Mas Menteri Apresiasi Guru Surabaya Jadi Wasit Olimpiade

Aries berharap Lia dapat membagikan pencapaiannya dengan mengimplementasikan di tempat dirinya mengajar.

“Tentunya ini menjadi kebanggaan buat kami semua. Bahwa tidak ada yang tidak mungkin apabila kita bersungguh-sungguh dan mengembangkan apapun yang kita miliki. Yang paling penting ini bisa menjadi percontohan bagi para pelajar khususnya di SDN Sawunggaling 1,” papar dia.

Senada dengan itu, Qomarul Lailah menceritakan pengalamannya saat kali pertama menjadi wasit. Awalnya dia mengaku tidak tertarik menjadi wasit lantaran tak memahami olahraga badminton. Akan tetapi, setelah mendapatkan cukup banyak pengetahuan, ia tertarik untuk mencoba ikut pelatihan dan menjalani ujian tingkat provinsi. Hasilnya, ibu dua anak ini lulus. Meski demikian kelulusannya itu tak lantas membawa Lia begitu saja menjadi wasit profesional.

“Sampai para pemain berteriak kok begitu wasitnya, ada yang bilang ini wasit lulusan mana harus sekolah wasit lagi. Lalu dengan tetap optimis saya terus belajar hingga saya terus membaca buku berjudul Law of Badminton. Dan buku itu memang segala aturan dan instruksi dalam Bahasa Inggris,” papar dia.

Dari situ lah perempuan kelahiran Surabaya 24 September 1977 ini terus berjuang mengikuti berbagai ujian nasional di berbagai ajang. Seiring perjalannya, Lia semakin melejit dalam dunia perwasitan. Namun begitu, ia tak melupakan kewajibannya menjadi pendidik SD mata pelajaran Bahasa Inggris.

Menariknya, Lia menjelaskan seluruh ilmu yang diperolehnya, juga diimplementasikan di sekolah tempatnya mengajar, Ia pun mengaku anak-anak tersebut selalu dilatih selalu agar selalu disiplin, percaya diri dan pantang menyerah. Menurut dia, itu yang menjadi poin pentingnya dalam meraih kesuksesan.

“Ternyata itu betul-betul terjadi, ketika kita menerapkan tiga hal itu akan memudahkan kita mencapai banyak hal. Makanya saya ajarkan kepada anak didik saya sedini mungkin.

“Kalau kamu pengen berhasil nak, disiplin nomor satu. Saya ajarkan mereka jadi the real bonek, jadi bonek sejati itu bukan kalau kalah main itu sakit hati terus berantem. Tetapi keberanian yang kita butuhkan. Nah bahasa asing itu butuh keberanian karena bahasa itu kebiasaan. Saya ajarkan ke mereka itu ‘wani’ berbicara Inggris,” lanjutnya.

Dengan begitu, dia berharap generasi penerus bangsa khususnya Arek-arek Suroboyo semakin gigih dan pantang menyerah dalam mewujudkan cita-citanya. Terakhir Lia pun berterima kasih kepada berbagai pihak atas kesempatan yang diberikan, termasuk Dispendik Kota Surabaya. “Terima kasih juga untuk Kepala Sekolah SDN Sawunggaling 1 Bu Sri Kis Untari dan semua pihak, matur nuwun sekali lagi,” pungkasnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan jatimnow.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab jatimnow.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement