Kamis 05 Aug 2021 01:08 WIB

Warga AS Antivaksin Yakin Vaksin Lebih Bahaya dari Covid-19

Warga AS yang antivaksinasi cenderung tak mematuhi protokol kesehatan saat aktivitas

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Gita Amanda
Seorang petugas menyuntikan Vaksin Covid-19, (ilustrasi). Warga AS antivaksinasi Covid-19 yang menolak vaksin meyakini vaksin lebih berbahaya dari Covid-19. (ilustrasi).
Foto: AP Photo/Aaron Favila
Seorang petugas menyuntikan Vaksin Covid-19, (ilustrasi). Warga AS antivaksinasi Covid-19 yang menolak vaksin meyakini vaksin lebih berbahaya dari Covid-19. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Warga Amerika Serikat (AS) yang menolak vaksinasi meyakini bahwa vaksin lebih berbahaya dibandingkan Covid-19. Mereka cenderung tak mematuhi protokol kesehatan ketika beraktivitas.

Meski saat ini hampir 165 juta warga AS telah divaksinasi Covid-19 lengkap, persentase orang dewasa yang menolak vaksin tak mengalami perubahan sejak Desember. Hal ini diungkapkan melalui survei terbaru dari The Kaiser Family Foundation.

Baca Juga

Survei ini melibatkan 1.517 responden dewasa pada pertengahan Juli lalu. Mereka diminta untuk memberikan pandangan dan pengalaman mereka seputar vaksin Covid-19.

Saat survei dilakukan, kasus Covid-19 di AS sedang mengalami peningkatan akibat varian Delta. Akan tetapi, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) belum merekomendasikan penggunaan masker di dalam ruangan pada area dengan tingkat transmisi tinggi.

Pada kelompok responden yang sudah vaksinasi, sebanyak 62 persen mengatakan mereka tetap menggunakan masker ketika berada di tempat umum. Sebanyak 61 persen responden juga memilih untuk menghindari perkumpulan atau kerumunan besar akibat adanya varian Delta.

Hasil yang berlawanan tampak pada kelompok responden yang tidak vaksinasi. Hanya sekitar 37 persen responden saja yang mengaku tetap menggunakan masker di tengah tingginya kasus varian Delta. Selain itu, hanya 40 persen yang menjauhi kerumunan.

Dari temuan ini, peneliti melihat adanya perbedaan sikap yang cukup kontras antara kelompok yang sudah divaksinasi dan tidak divaksinasi. Perubahan perilaku di masa pandemi, khususnya di tengah ancaman varian Delta, tampak lebih banyak dilakukan oleh kelompok yang sudah divaksinasi.

Kelompok yang menolak vaksinasi juga cenderung berpendapat bahwa media melebih-lebihkan situasi pandemi Covid-19 dalam pemberitaan mereka. Mereka juga secara keliru menganggap vaksin lebih berbahaya dibandingkan Covid-19 itu sendiri.

Perbedaan sikap ini juga tampak berkaitan erat dengan afiliasi politik yang dimiliki oleh para responden. Responden pendukung Partai Republik cenderung mengabaikan anjuran penggunaan masker saat beraktivitas, seperti di luar ruangan, di tengah kerumunan luar ruangan, di tempat kerja, atau di swalayan.

"(Pendukung) Partai Demokrat cenderung menggunakan masker, setidaknya di sebagian besar lokasi-lokasi tersebut," ungkap peneliti, seperti dilansir NBC News.

Akan tetapi, afiliasi politik tak selalu mempengaruhi sikap seseorang terhadap pandemi. Sebelumnya, senator AS dari Partai Republik, Lindsey Graham, mengapresiasi program vaksinasi Covid-19.

Graham sendiri sudah mendapatkan menjalani vaksinasi Covid-19 lengkap. Graham bersyukur telah divaksinasi sebelum dia terkena Covid-19 beberapa waktu lalu. Graham menilai kondisinya bisa pulih lebih cepat karena dia sudah divaksinasi sebelumnya.

"Tanpa vaksinasi, saya yakin saya tak akan merasa sebaik ini seperti sekarang, gejala yang saya rasakan akan jauh lebih buruk," pungkas Graham.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement