Rabu 04 Aug 2021 16:54 WIB

Sikap Teguh Imam Abu Hanifah Saat Disiksa Penguasa Zalim

Imam Abu Hanifah bersabar menerima siksaan penguasa Umayyah yang zalim

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Imam Abu Hanifah bersabar menerima siksaan penguasa Umayyah yang zalim. Ilustrasi ulama
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Imam Abu Hanifah bersabar menerima siksaan penguasa Umayyah yang zalim. Ilustrasi ulama

REPUBLIKA.CO.ID, — Salah satu karakter yang lazim dimiliki ulama adalah integritas dan pendirian yang teguh, atau kuat memegang prinsip. 

Dalam catata sejarah, banyak ulama yang menghadapi siksaan karena mempertahankan prinsip mulia mereka. 

Baca Juga

Prof Abul Yazid Abu Zaid Al-Ajami dalam buku Akidah Islam Menurut Empat Madzhab, menjelaskan  Imam Abu Hanifah (wafat pada tahun 150 Hijriyah). Imam Abu Hanifah mendapat ujian berbagai tipu daya oleh kalangan yang berseberangan pendapat. Di samping mendapat ujian dari para pemimpin dan khalifah karena berseberangan dengan langkah politik yang diambil untuk rakyat.

Di era Bani Umayah, Imam Abu Hanifah mendapat ujian saat kalangan Umawiyah merasa Abu Hanifah bersikap loyal terhadap Alawiyin (para pengikut Sayyidina Ali bin Thalib) karena Abu Hanifah menyampaikan aib dan kezaliman-kezaliman penguasa Umawiyah.

Al-Makki menuturkan ujian ini sebagai berikut, “Ibnu Hubairah menjabat sebagai gubernur Kufah di masa Bani Umayah. Saat itu muncul berbagai fitnah (penyimpangan) di Irak. Kemudian para ahli fikih Irak mengadakan perkumpulan, di antara mereka terdapat Ibnu Abi Laila, Ibnu Subrumah, dan Dawud bin Abu Hind. Setelah itu, mereka semua pulang dan mengingkari langkah yang diambil Ibnu Hubairah. 

Dia kemudian mengirim utusan untuk menemui Abu Hanifah dengan maksud menyerahkan wewenang kepadanya, keputusan apapun tidak akan dilaksanakan tanpa seizin Abu Hanifah, tidak boleh ada sepeser pun uang dari Baitul Mal keluar tanpa seizinnya.” 

“Namun Abu Hanifah menolah tawaran itu kemudian Ibnu Hubairah bersumpah untuk menyiksanya jika tidak mau menerima tawaran tersebut. Para ulama fikih itu berkata kepada Imam Abu Hanifah, ‘Kami menyumpahmu dengan nama Allah, jangan engkau binasakan dirimu, kami semua saudaramu. Kami semua tidak menyukai hal ini, namun engkau tidak memiliki pilihan lain.” 

Imam Abu Hanifah pun menimpali, “Andai pun dia memintaku membuatkan pintu-pintu masjid untuknya, tidak akan aku lakukan hal itu. Lantas bagaimana jika dia menginginkanku memutuskan untuk membunuh seseorang lalu aku stempel putusan tersebut? Demi Allah, aku tidak akan melakukan hal itu selamanya.” 

Atas sikapnya tersebut, Imam Abu Hanifah pun ditahan dan disiksa selama beberapa hari tanpa henti. Setelah si tukang pukul mendatangi Ibnu Hubairah dan melaporkan, “Orang itu tidak berguna.” maka Ibnu Hubairah menginstruksikan agar jangan sampai Abu Hanifah terkena sumpahnya.

Kemudian si tukang pukul pun menyampaikan pesan tersebut, dan Imam Abu Hanifah kembali menjawab, “Andai pun dia memintaku untuk membuatkan pintu-pintu masjid, tidak akan aku lakukan. Akan tetapi justru, setelah insiden ini terjadi, peristiwa ini mengangkat derajat Abu Hanifah di kalangan ulama masa itu.     

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement