Sabtu 31 Jul 2021 23:28 WIB

Pemuda Hidayatullah Tegal Gelar Training Jurnalistik

Pemuda Hidayatullah punya  program satu kabupaten atau kota, satu penulis.

Pengurus Daerah Pemuda Hidayatullah Tegal  menggelar pelatihan jurnalistik dengan sistem hybrid di aula Pesantren Hidayatullah Tegal, Jawa Tengah,  Sabtu   (31/7).
Foto: Dok Pemuda Hidayatullah
Pengurus Daerah Pemuda Hidayatullah Tegal menggelar pelatihan jurnalistik dengan sistem hybrid di aula Pesantren Hidayatullah Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (31/7).

REPUBLIKA.CO.ID, TEGAL -- Pengurus Daerah Pemuda Hidayatullah Tegal  menggelar pelatihan jurnalistik dengan tema  "Melatih Skill Jurnalis, Menjadi Pemuda-Pemudi Muslim yang Cerdas dan Militan". Kegiatan itu diadakan di aula Pesantren Hidayatullah Tegal, Jawa Tengah, dengan sistem hybrid, Sabtu   (31/7).

"Training jurnalistik ini adalah bagian dari satu program utama yang diusung Pemuda Hidayatullah di seluruh Indonesia dan pada kesempatan ini, digelar di Tegal, Jawa Tengah. Maksud dari kegiatan ini untuk mendorong semangat belajar kaum muda dalam hal menulis. Sehingga,  mereka semakin sadar dan progresif  dalam dakwah keumatan melalui jurnalistik," terang Ketua Pengurus Daerah Pemuda Hidayatullah Tegal, Agus Rivai dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Hadir sebagai narasumber Kadiv Program dan Pemberdayaan BMH Jawa Tengah, Yusran Yauma yang mengisi materi secara offline. Selain itu, Ketua Umum Pemuda Hidayatullah, Imam Nawawi yang hadir secara online dalam kegiatan yang dihadiri oleh 25 peserta offline dan online.

Yusran Yauma dalma paparan sesi pertama mengatakan, bahwa menulis berita atau jenis tulisan jurnalistik adalah yang paling mudah dipelajari sekaligus diterapkan.

"Jurnalistik ini mudah, baik dalam mempelajari maupun  mengamalkannya. Hanya saja butuh konsistensi, agar tulisan jurnalistik kita dapat bermanfaat luas bagi masyarakat," ulasnya.

"Kuncinya sederhana, tulis dengan kemampuan yang kita miliki. Sejatinya, tulisan yang selesai walaupun satu, itu lebih berharga dan dapat dinilai dengan  jujur, daripada 1.000 tulisan yang tidak selesai dan menjadi tumpukan file di laptop," ucapnya yang disambut tawa hadirin.

Sementara itu, Imam Nawawi lebih mendorong pada sisi kesadaran generasi muda Muslim akan tantangan umat Islam di mana yang gemar membaca dan menulis masih sangat sedikit.

"Penulis muda Muslim masih sangat sedikit. Ini bisa dilihat di Google dan beragam website yang mengabarkan tentang kegiatan dan pikiran kaum muda Muslim. Karena itu training ini menjawab kekosongan tersebut," tegasnya.

"Tetapi, lebih jauh, kalau ingin menjadikan kegiatan menulis sebagai jalan kebaikan, jalan kemuliaan, maka hendaknya menulis ini dilandasi niat yang benar, niat yang tulus dan ikhlas karena Allah, sehingga kita akan terus menulis. Dan, karena itu rajin membaca dan diskusi, sehingga kita dapat memberi warna dalam kehidupan masyarakat, utamanya di era digital seperti sekarang,” ujarnya.

Ia menambahkan, boleh punya keinginan menulis setiap hari, misalnya 30 hari tanpa henti menulis. “Tetapi jangan setelah 30 hari tidak berhenti, selanjutnya malah ternyata totoal tidak jalan lagi kegiatan menulisnya. Teladanilah para ulama kita dahulu yang terus menulis demi kemajuan umat," urainya lebih lanjut.

Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari peserta, di antaranya Mbak Ima.

"Senang di hari libur ada training menulis. Dulu pernah gabung di beberapa komunitas menulis tetapi terhenti karena terasa ide menulis mampet. Alhamdulillah setelah ikut training ini saya jadi termotivasi bahwa menulis memang harus diniatkan ibadah juga di jalan Allah. Apalagi ini ada tugas langsung, jadi bisa praktik sekalian," ucapnya.

Pemuda Hidayatullah secara nasional memiliki program sakotulis yang merupakan akronim dari satu kabupaten atau kota, satu penulis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement