Kamis 29 Jul 2021 19:43 WIB

Tasawuf Komunikasi di Masa Pandemi Covid-19

Pandemi bisa menjadi medium bersama untuk membersihkan hati dan pikiran.

Pandemi momentum untuk membersihkan hati dan pikiran. Foto Ilustrasi berdoa.
Foto:

Tasawuf Pandemi

Ketika beragam persoalan itu sudah menjadi semacam labirin, mungkin sudah saatnya  untuk merenung bersama dan melihat diri sendiri jauh lebih dalam. Meminjam konteks ilmu tasawuf, pandemi Covid-19 ini sesungguhnya bisa menjadi medium bersama untuk membersihkan hati dan pikiran. Dengan kekuatan pisau tasawuf tersebut, maka mungkin saatnya kita mulai membangun model komunikasi yang lebih jernih, tanpa membawa lagi embel-embel kepentingan hawa nafsu sesaat yang bersifat fana.

Mengawali membangun cara komunikasi yang jernih mungkin bisa terlihat mudah, namun bisa juga terasa sulit implementasinya seperti yang terjadi saat ini. Untuk menjangkau target penerima yang sulit di berbagai daerah, diperlukan figur ketokohan atau key opinion leader (KOL) yang nyata lekat dan dekat dengan akar rumput sebagai source dalam menyampaikan pesan. Sebagai negara yang sebagian besar penduduknya penganut ajaran agama samawi, maka memilih tokoh-tokoh agama bisa menjadi salah satu pilihan.

Tentunya, tokoh-tokoh agama yang digandeng itu bukanlah hanya sosok-sosok yang memiliki popularitas tinggi di media digital ataupun mainstream. Upaya melibatkan tokoh agama ini hendaknya tertuju pada kekuatan basis pengikut akar rumput yang loyal ini. Dalam hal ini, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah —sebagai dua organisasi kemasyarakatan (ormas) agama terbesar di negeri ini— tentunya memiliki kekuatan besar untuk dilibatkan dalam menyampaikan pesan melawan Covid-19.

Tapi sekali lagi, tokoh-tokoh agama yang hendaknya digandeng adalah mereka yang menjadi panutan akar rumputnya dan dianggap sebagai figur bijak yang memiliki kebersihan hati untuk membantu negeri ini.  Sosok tokoh yang tentunya jauh dari orientasi mencari panggung popularitas atau proyek bisnis.

Hal ini mungkin terlihat sulit saat ini akibat cara pandang di antara kita yang belakangan kerap jauh berseberangan. Namun tentu bukan hal yang mustahil untuk dikerjakan karena setiap akar rumput di pelosok negeri ini memiliki panutan.

Untuk dapat menemukannya, maka pemerintah sebagai stakeholders utama dalam menangani Covid-19, harus bisa melepaskan diri untuk tidak hanya melakukan pola-pola pendekatan formalnya. Pendekatan semacam itu sebenarnya sering kali dilakukan pada masa pemerintahan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Pada masa itu, cukup sering terdengar bagaimana Gus Dur maupun para pembantunya bisa ‘nyolong waktu’ untuk menemui beberapa tokoh informal tanpa menggunakan protokol kenegaraan yang rigid. Gus Dur kerap datang dalam sosok kesederhanaan seorang pemimpin, bukan sebagai pejabat yang ingin dilayani.

Mengapa? Karena bisa jadi Gus Dur begitu percaya bahwa dengan membangun komunikasi secara langsung dan “cair”, pesan yang diterimanya dan yang disampaikan kepada para tokoh informal tersebut begitu lebih orisinil diterima. Dengan begitu, langkah berikutnya dapat lebih jernih dalam mengembangkan komunikasi yang efektif dan efisien menjangkau stakeholders yang dituju sesuai dengan cara berpikirnya masing-masing.

Mungkin pola-pola demikian layak dilakukan Presiden Joko Widodo dan para pejabat yang membantunya. Sebagai presiden yang telah dua periode dikukuhkan sebagai pilihan rakyat, tentu Jokowi memiliki kapasitas tersebut seperti layaknya seorang Gus Dur yang kerap hadir “sejajar” tanpa jarak bersama stakeholders-nya.

Atau, mungkin saja para pembantunya di pemerintahan dapat ikut memperkuat pendekatan secara informal tersebut dalam format kesederhanaan sikapnya yang jauh dari aspek menekan untuk mendekati kelompok-kelompok berbeda pandangan tersebut, dimulai dari tokoh-tokoh kunci dari akar rumputnya. Komunikasi pun harus dibangun dalam ruang-ruang yang hening, tanpa disertai dengan peliputan media maupun aksi framing kegiatan lewat media sosial.

Sederhananya, perlu ada kerja senyap barang sejenak untuk dapat mengajak dan merebut hati para key opinion leader yang mampu mengajak semua elemen masyarakat ikut bergabung dan...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement