Kamis 15 Jul 2021 06:18 WIB

5 Pelajaran Penting dari Kisah Islamnya Para Penyihir Firaun

Para penyihir Firaun justru berbalik beriman kepada risalah Nabi Musa

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Para penyihir Firaun justru berbalik beriman kepada risalah Nabi Musa. Ilustrasi piramida Mesir
Foto: EPA-EFE/MOHAMED HOSSAM
Para penyihir Firaun justru berbalik beriman kepada risalah Nabi Musa. Ilustrasi piramida Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, — Kisah firaun menjadi pembelajaran tentang kekuasaan, keesaan hingga keagungan Allah SWT. Sebuah kisah yang memberikan hikmah di setiap sisinya bagi umat manusia. 

Namun ternyata ada sisi hikmah yang jarang orang ketahui dalam kisah Firaun, yakni tentang islamnya para ahli sihir di depan mata raja sombong tersebut. Hikmah yang dapat diambil dari penjelasan dalam Alquran dan hadist Nabi Muhammad SAW. Adapun hikmah atau pembelajaran tersebut yaitu:

Baca Juga

• Penderitaan yang hebat

Orang-orang yang paling besar cobaannya banyak disebut adalah para Nabi, kemudian generasi terbaik berikutnya dan berikutnya. Seperti diketahui, para ahli sihir itu berada dalam masa Nabi Musa AS diutus. Penderitaan para ahli sihir ini dijelaskan dalam Alquran surat Al Araf 124-126 yang artinya:

 

لَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلَافٍ ثُمَّ لَأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ * قَالُوا إِنَّا إِلَى رَبِّنَا مُنْقَلِبُونَ * وَمَا تَنْقِمُ مِنَّا إِلَّا أَنْ آمَنَّا بِآيَاتِ رَبِّنَا لَمَّا جَاءَتْنَا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ

"Demi, sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik, kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya." Ahli-ahli sihir itu menjawab: "Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali." Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami". (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)." 

Penderitaan mereka juga dijelaskan Nabi dalam hadist. Dari Khabbab bin Al Arats berkata: 

شكونا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو متوسد بردة له في ظل الكعبة، قلنا له: ألا تستنصر لنا؟ ألا تدعو الله لنا؟ قال: «كَانَ الرَّجُلُ فِيمَنْ قَبْلَكُمْ يُحْفَرُ لَهُ فِي الأَرْضِ، فَيُجْعَلُ فِيهِ، فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ فَيُشَقُّ بِاثْنَتَيْنِ، وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ، وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الحَدِيدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ مِنْ عَظْمٍ أَوْ عَصَبٍ، وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ.

"Kami mengadu kepada Rasulullah SAW ketika beliau sedang berbantalkan kain selimut beliau di bawah naungan Kabah; "Tidakkah baginda memohon pertolongan buat kami? Tidakkah baginda berdoa memohon kepada Allah untuk kami?" Beliau bersabda, "Ada seorang laki-laki dari umat sebelum kalian, lantas digalikan lubang untuknya dan dia diletakkan di dalamnya, lalu diambil gergaji, kemudian diletakkan gergaji itu di kepalanya lalu dia dibelah menjadi dua bagian namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Tulang dan urat di bawah dagingnya disisir dengan sisir besi namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya…" (HR Bukhari).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement