Indahnya Ramadhan di Desa Telaga Said, Langkat

Red: Muhammad Subarkah

Sabtu 01 May 2021 14:07 WIB

Seorang gadis remaja berpose sambil memegang Quran di Kampung Matfa (Majelis Ta'lim Fardhu 'Ain) di Desa Telaga Said, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Indonesia, pada Sabtu 24 April 2021. Foto: Anadolu Agency Seorang gadis remaja berpose sambil memegang Quran di Kampung Matfa (Majelis Ta'lim Fardhu 'Ain) di Desa Telaga Said, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Indonesia, pada Sabtu 24 April 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, Seperti biasa, siang itu Prasuta Citra bergegas ke suatu tempat di samping surau; dapur umum, begitu mereka menyebutnya.

Di tempat terbuka seluas 10x10 meter beratap daun rumbia ini, Cici -- panggilan akrab Prasuta -- dan puluhan perempuan lain bergotong-royong menyiapkan berbagai jenis makanan.

Makanan itu nantinya bakal disantap ribuan warga Kampung Majelis Ta'lim Fardhu 'Ain alias Kampung Matfa, Desa Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, saat berbuka puasa.

Menjalani hidup di Kampung Matfa memang terasa begitu istimewa, apalagi saat Ramadan.

"Sebetulnya bukan hanya selama bulan puasa. Pada hari-hari biasa kami juga membagi kelompok untuk bertugas menyiapkan kebutuhan makan dan minum semua warga di sini," kata Cici kepada Anadolu Agency, Sabtu (1/4).

Kebersamaan jadi kunci kehidupan di Kampung Matfa. Sedangkan senyum dan sapa merupakan ciri warganya.

Di sini, warga tinggal di barak yang ukuran serta bentuknya nyaris sama.

Barak yang dimaksud merupakan bangunan semi permanen berbahan anyaman bambu, kayu serta rumbia.

Warga juga sangat menjaga keharmonisan dalam bertetangga. Bahkan, mereka dilarang tidak bertegur sapa selama tiga hari walau sedang menghadapi persoalan.

Hal ini juga yang membuat Kampung Matfa dijuluki Kampung Kasih Sayang.

Meski tampak sederhana, warga Kampung Matfa hidup dengan kemandirian yang menakjubkan.

 

Di atas lahan seluas sekitar 20 hektare itu, mereka mengelola secara mandiri tujuh hektare kawasan pertanian, puluhan kolam ikan, ternakkan kambing, sapi dan ayam, serta ratusan usaha mikro, kecil, dan menengah.

Hasil dari berbagai sektor itu akan dijual ke pasar. Keuntungan penjualan kemudian disetor ke Baitul Mal, badan keuangan kampung.

Dari Baitul Mal inilah seluruh kebutuhan hidup warga dipenuhi. Mulai dari kebutuhan alat mandi hingga biaya pernikahan.