REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penularan Covid-19 di Indonesia menunjukkan tren yang terus memburuk. Pada Ahad (10/1), Satgas Penanganan Covid-19 merilis angka positivity rate atau tingkat positif sebesar 30,36 persen. Angka itu menggambarkan bahwa setiap 1 dari 3 orang dinyatakan positif.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan, saat ini sedang menyiapkan strategi untuk menghadapi lonjakan kasus dengan mengajak serta organisasi profesi. "Saya sangat khawatir mengenai lonjakan pasien Covid-19 di rumah sakit pascalibur panjang (Natal dan tahun baru)," kata dia dalam konferensi virtual, Sabtu (9/1).
Menurut Budi, upaya penanganan pandemi harus dilakukan bersama-sama. Program ini tidak bisa sukses dengan hanya satu arah yang dilakukan dari pusat ke daerah, tetapi harus menjadi gerakan setiap komponen bangsa untuk mengatasi masalah besar ini. "Ini bukan program eksklusif yang bisa dijalankan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), melainkan inklusif semua organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan," ujar dia.
Pada Ahad (10/1), dilaporkan ada tambahan 9.640 orang terinfeksi Covid-19. Artinya sudah empat hari ber turut-turut penambahan kasus selalu di atas 9.000 orang. Bahkan, rekor sempat pecah pada Jumat (8/1) dengan 10.617 kasus baru dalam sehari.
Positivity rate Covid-19 harian Indonesia juga menunjukkan perburukan. Dalam tiga pekan terakhir, sejak akhir Desember 2020, rata-rata positivity rate harian di atas 20 persen. Dalam tiga pekan ini, tercatat hanya lima kali angka positivity rate dilaporkan di bawah 20 persen. Itu pun angkanya masih di atas 17 persen.
Memburuknya penularan Covid- 19 ini juga terindikasi dari semakin penuhnya Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adi sasmito saat dihubungi Republika mengatakan, jumlah tempat tidur di RS dan hotel dibandingkan jumlah penduduk Indonesia tidak akan seimbang dengan banyak yang sakit.
Artinya, kata dia, berapa pun hotel yang dipakai untuk isolasi pasien Covid-19 maupun rumah sakit yang disediakan tidak akan mencukupi. "Maka solusinya bukan jumlah kamar hotel atau rumah sakit yang ditambah, tapi direm penularannya," ujar dia.
Yang lebih penting, menurut Wiku, masyarakat harus disiplin menjalankan protokol kesehatan kalau tidak mau pemerintah kekurangan fasilitas isolasi. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat jangan melihat di hilir, tapi di hulu.
Sebab, semua pihak saat ini sedang berhadapan dengan masalah penyakit yang berkepanjangan. "Jadi, harus hemat sumber daya dengan cara preventif, bukan kuratif," kata dia.