“Semoga apa yang dilakukan bias bermanfaat untuk semuanya, terutama untuk danau Rawapening yang sampai saat ini masih menghadapi persoalan gulma dan sedimentasi yang terlalu parah,” ujarnya.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK), Widi Hartanto menjelaskan, gerakan menanam yang dilaksanakan hari ini merupakan kelanjutan dari gerakan yang sudah digagas sejak 2020. Saat itu, total sudah mencapai 7.000 bibit pohon yang ditanam di kawasan hulu sungai yang bermuara di danau Rawapening tersebut.
Secara umum, di wilayah Kabupaten Semarang masih 13.999 hektare lahan dengan kategori Kritis dan Sangat Kritis. Sementara di wilayah Desa Gedong terdapat 1,3 hektare lahan dengan kategori kritis dan sangat kritis.
Namun, lokasinya berada di hulu sungai Parat yang bermuara di danau Rawapening. Sehingga kerusakan yang terjadi di kawasan hulu tersebut akan berdampak besar bagi hilirnya atau danau rawapening.
Oleh karena itu, gerakan menanam tersebut menjadi bagian dari upaya rehabilitasi sekaligus konservasi tanah dan air untuk pengurangan erosi dan dampak sedimentasi di hulu serta DAS sungai yang bermuara di Rawapening.
Adapun bibit pohon yang ditanam dalam gerakan ini antara lain Durian, Mangga, Alpukat, Sengon hingga pohon Matoa. “Gerakan ini akan berkelanjutan dan tidak hanya di Rawapening, namun juga di lahan kritis lain yang ada di Jawa Tengah,” tambah Widi.