Rabu 06 Jan 2021 10:20 WIB

Pasukan Korsel Tiba di Selat Hormuz

Pasukan Korsel tiba di perairan dekat Selat Hormuz untuk menekan Iran bebaskan kapal

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Kapal tanker Korsel Hankuk Chemi dikawal kapal milik Garda Revolusi Iran, Senin (4/1).
Foto: EPA
Kapal tanker Korsel Hankuk Chemi dikawal kapal milik Garda Revolusi Iran, Senin (4/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pasukan Korea Selatan (Korsel) tiba di perairan dekat Selat Hormuz untuk menekan Iran membebaskan kapal tanker yang mereka sita Senin (4/1) lalu. Garda Revolusi Iran menahan kapal tanker Hankuk Chemi dan 20 awaknya.

Iran menuduh kapal tersebut 'mencemari Teluk Persia dengan bahan kimia'. Hankuk Chemi ditahan di pelabuhan Bandar Abbas. Kapal destroyer Korsel, Choi Young, membawa unit anti-bajak laut Cheonghae.

Baca Juga

Pada Rabu (6/1) the Guardian melaporkan kapal destroyer itu tiba di Selat Hormuz yang strategis bagi jalur minyak. Sementara pemerintah Korsel di Seoul mencoba mencari solusi diplomatik untuk menyelesaikan ketegangan ini.

Kantor berita Korsel Yonhap melaporkan pemerintah Korsel mengatakan mereka tidak berencana menggelar operasi militer untuk membebaskan lima orang awak Korsel, dua orang warga negara Indonesia, 11 warga Myanmar, dan dua orang Vietnam.

"Kapal destroyer itu menggelar misi untuk memastikan keamanan warga negara kami," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korsel Boo Seung-chan, Selasa (5/1) kemarin.

Yonhap mengutip sumber yang mengatakan isu ini harus diselesaikan melalui jalur diplomatik. "Unit itu fokus pada keamanan warga kami yang menggunakan perairan itu setelah penyitaan terjadi," kata sumber yang tak disebutkan namanya tersebut.

Pemilik Hankuk Chemi mengatakan Garda Revolusi Iran menyerbu kapal tersebut dan memaksa mengubah haluan ke Iran. Pernyataan itu bertolak belakang dengan klaim Iran yang mengatakan kapal tersebut diberhentikan karena mencemari perairan Teluk Persia dan Selat Hormuz.

Menteri Luar Negeri Korsel Kang Kyung-wha tidak ingin mengomentari spekulasi yang mengatakan penyitaan ini dilakukan untuk menekan Korsel melepaskan miliar dolar AS aset Iran di Korsel. Sanksi Amerika Serikat (AS) membekukan aset Iran di Negeri Ginseng.

Kang mengatakan saat ini prioritasnya 'memverifikasi fakta dan memastikan keamanan awak kapal'. Ia mengatakan pihaknya sedang mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Kami mencoba mencari tahu apa yang terjadi melalui Kedutaan Besar Iran di Korsel dan Kedutaan Korsel di Iran dan melanjutkan upaya mengatasi situasi ini," kata Kang.

Muncul ketidakpastian mengenai rencana pengiriman pejabat senior ke Iran untuk menegosiasikan pembebasan kapal. Stasiun televisi Iran mengutip seorang pejabat di Teheran yang mengatakan Wakil Menteri Luar Negeri Korsel Choi Jong-kun sudah membahas tuntutan Iran untuk melepaskan aset Iran senilai tujuh miliar dolar AS.

Namun Kementerian Luar Negeri Korsel mengatakan pada kantor berita Reuters bahwa kunjungan Choi 'saat ini masih belum jelas'. Akhir pekan lalu surat kabar Tehran Times melaporkan Iran berharap dapat menegosiasikan kesepakatan untuk menggunakan dana mereka yang dibekukan 'di barter' dengan vaksin virus corona dan komoditas lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement