Senin 04 Jan 2021 19:28 WIB

Aktivitas Pabrik di Asia Mulai Bergeliat

Produsen-produsen di Asia mulai bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Pekerja memantau masker bedah yang diproduksi di PT The Univenus Cikupa, Cikupa, Tangerang, Banten, Rabu (11/11/2020). PT The Univenus Cikupa yang merupakan unit usaha Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas memproduksi masker Medishield guna memenuhi kebutuhan masyarakat selama pandemi COVID-19, pabrik itu mampu memproduksi 7,5 juta masker per bulan yang didistribusikan ke seluruh Indonesia.
Foto: SIGID KURNIAWAN/ANTARA
Pekerja memantau masker bedah yang diproduksi di PT The Univenus Cikupa, Cikupa, Tangerang, Banten, Rabu (11/11/2020). PT The Univenus Cikupa yang merupakan unit usaha Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas memproduksi masker Medishield guna memenuhi kebutuhan masyarakat selama pandemi COVID-19, pabrik itu mampu memproduksi 7,5 juta masker per bulan yang didistribusikan ke seluruh Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Aktivitas pabrik di Asia berkembang secara moderat pada Desember. Hal itu dipicu permintaan yang kuat dari China.

Survei Purchasing Managers Index (PMI) pada Senin (1/4) memperlihatkan adanya perluasan aktivitas manufaktur di Jepang, Korea Selatan (Korsel), dan Taiwan. Hal itu menjadi indikasi terbaru bahwa produsen-produsen di kawasan tersebut mulai bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga

Namun perlambatan dalam pertumbuhan aktivitas pabrik di China menggarisbawahi tantangan yang dihadapi kawasan Asia. Hal itu karena masih banyak negara yang menerapkan pembatasan perekonomian akibat meningkatnya kasus Covid-19 secara global. Langkah demikian mengaburkan prospek ekspor.

Pada Desember lalu, PMI China's Caixin/Markit Manufacturing turun menjadi 53,0. Itu merupakan level terendah dalam tiga bulan. Namun, karena masih di atas level 50, hal itu memisahkan pertumbuhan dari kontraksi.

"Permintaan eksternal kemungkinan besar dipengaruhi oleh penyebaran global Covid-19 dan implementasi ulang penguncian," kata ekonom HSBC China Erin Xin dalam catatan penelitian.

Sementara itu, Jepang mencatatkan hasil yang stabil untuk pertama kalinya dalam dua tahun. PMI au Jibun Bank Japan naik ke penyesuaian musiman 50,0 pada Desember dari bulan sebelumnya 49,0. Mengakhiri rekor penurunan dalam 19 bulan.

"Produsen Jepang mengisyaratkan stabilisasi luas dalam kondisi operasi di akhir tahun yang penuh gejolak," kata Usamah Bhatti, ekonom di IHS Markit.

Perbaikan sederhana dalam aktivitas manufaktur berbeda dengan kenaikan tajam harga saham. Beberapa analis menilai hal itu telah diuntungkan dari stimulus monter global yang cukup tapi tidak dibenarkan oleh berlanjutnya pelemahan di banyak negara.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement