Senin 21 Dec 2020 11:02 WIB

Jawaban Gus Yasin Jika Ditawari Jadi Pengurus DPP PPP

Gus Yasin mengajukan syarat jika ditawari jadi pengurus DPP PPP

Taj Yasin Maimoen
Foto: Republika/ Nashih Nashrullah
Taj Yasin Maimoen

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARA— Kabar 'disingkirkannya' Taj Yasin Maimoen dari bursa kandidat ketua umum Partai Persatuan Pembangunaan saat Muktamar IX PPP, kian santer. Bagaimana jika beliau kelak mendapat tawaran untuk duduk di kepengurusan DPP PPP?

Menjawab pertanyaan tersebut, sosok yang akrab disapa Gus Yasin itu mengatakan jika dirinya mendapat tawaran itu, dia akan mengajukan sejumlah syarat wajib yang harus dipenuhi. 

Baca Juga

“Akan saya beri syarat-syarat, agar syarat itu bisa diterima pengurus DPP. Ini harus ada pembicaraan,” kata dia saat ditemui Republika.co.id, Ahad (21/12) malam.   

Dia mengatakan, pembicaraan itu penting agar tidak hanya ada kesan meminta tanpa ada pembicaraan serius. Hal ini agar kelak jika dirinya berada di kepengurusan akan memudahkan kinerja. ”Kalo itu yang saya usulkan tidak terima, berarti saya di dalam (kepengurusan) hanya supaya saya diam saja,” ujar putra ulama kharismatik KH Maimoen Zubair ini. 

Ditanya soal apa saja syaratnya, Gus Yasin menyebut yang mutlak pertama adalah revitalisasi Majelis A’la PPP. Majelis tersebut mempunyai wewenang tertinggi yang bisa menegur ketua. PPP adalah partai yang belandaskan Islam, amar makruf nahi mungkar, maka sudah sepatutnya Majelis A’la diduki kiai bukan politisi dari orang luar pesantren.

“ Itu syarat wajib dan utama  semisal di NU ada Syuriah, Tanfidziyah, dan di partai lain ada seperti itu. Ini lebih-lebih partai Islam, maka harus dinakhodai ulama,” ujar dia.  

Lebih lanjut, dia menyampaikan harapannya ke DPP kelak yaitu agar kader dari PPP dari pusat hingga cabang sinkron tidk seperti sekarang. Dia mencontohkan, soal penentuan calon yang diusung dalam pilkada. Kader di daerah mengusulkan ‘A’ tetapi justru DPP merekomendasikan ‘B’.

Gus Yasin tidak ingin hal semacam ini terjadi lagi ke depan sebab mencederai kader. “Mereka sudah pintar tidak seperti dulu, menurut apa kata politisi pusat. Pengurus daerah sudah bisa membaca, dan jika itu diteruskan, marwah simpati ini partai Islam, akan sulit diterima masyarakat,” tutur Gus Yasin yang juga Wakil Gubernur Jawa Tengah ini.    

BACA JUGA: Kotak Amal Dituding untuk Danai Terorisme, Aktivis Masjid: Itu Fitnah Sangat Keji!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement