Senin 07 Dec 2020 08:50 WIB

Mensos Idaman di Masa Pandemi

Tentunya Presiden Jokowi harus sangat hati-hati dalam memilih mensos berikutnya.

Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA, Ridwan Hasan Saputra (RHS) mengapresiasi penyelenggaraan KMNR ke-15.
Foto: KPM
Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA, Ridwan Hasan Saputra (RHS) mengapresiasi penyelenggaraan KMNR ke-15.

Oleh : Ridwan Hasan Saputra

REPUBLIKA.CO.ID,

Ridwan Hasan Saputra, Motivator Suprarasional, Pendiri Klinik Pendidikan MIPA

Langkah Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid  membubarkan Departemen Sosial, sepertinya keputusan yang benar jika melihat kasus viral di berbagai media daring (5/12/2020) soal Mensos Juliari Peter Batubara dan beberapa pejabat Kemensos ditangkap KPK.

Dalam Konfrensi pers (6/12/2020), Ketua KPK Firli Bahuri, menduga, Juliari Peter Batubara menerima Rp 17 miliar dari korupsi bansos sembako yang ditujukan untuk keluarga miskin yang terdampak akibat wabah virus korona.

Juliari Batubara adalah mensos ketiga yang ditangkap KPK setelah Bachtiar Chamsyah dan Idrus Marham. Tentunya Presiden Jokowi harus sangat hati-hati dalam memilih mensos berikutnya agar tidak kembali ditangkap KPK.

Sosok mensos baru ini harus mampu membangun kepercayaan masyarakat yang sudah runtuh terhadap Kementerian Sosial. Selain itu, jika dana pemerintah sudah semakin terkuras dan rakyat yang dibantu semakin banyak, bisa jadi negara sudah tidak mampu lagi memberikan bantuan.

Karena itu, mensos berikutnya harus mempunyai kemampuan membangkitkan jiwa sosial warga ekonomi menengah ke atas agar bersedia memberikan harta dan bendanya untuk menyokong negara dalam membantu rakyat miskin yang terdampak pandemi.

Kedua tugas tersebut sangat berat.  Karena  itu dibutuhkan manusia istimewa untuk menjadi mensos di masa pandemi dan memang menteri-menteri di masa pandemi ini seharusnya orang-orang istimewa di bidangnya.

Manusia istimewa calon mensos, pasti ada di antara sekitar 240 juta rakyat Indonesia. Manusia istimewa yang cocok menjadi mensos di masa pandemi ini setidaknya memiliki empat ciri Pertama adalah jujur atau selalu berkata benar.  

Sosok ini harus dikenal sejak dulu sebagai orang jujur baik dalam perkataan dan perbuatan. Sehingga bisa dipastikan sosok ini tidak akan melakukan korupsi.  Kejujuran sosok ini harus dikenal dan teruji baik di level keluarga, masyarakat, dan nasional.  

Sosok ini, tentunya sudah berkiprah di lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi di level nasional dan aktif berkegiatan  di level masyarakat atau lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Kedua, amanah atau dapat dipercaya. 

Jujur sudah menjadi modal kuat untuk bisa amanah tetapi jujur saja tidak cukup untuk seorang mensos.  Kemampuan memimpin pun harus dimiliki yang dicirikan dengan sosok ini pernah atau sedang memimpin lembaga atau perusahaan dengan baik.

Sosok ini juga harus mempunyai jiwa sosial tinggi yang dicirikan dengan rajin berinfak, sedekah, dan berwakaf atau rela memberikan hartanya untuk kepentingan orang banyak. Jiwa sosial ini harus dibuktikan dengan karya di bidang sosial.

Rekam jejak dari karya sosialnya harus diakui secara nasional sebagai bukti yang dilakukannya bukanlah hal biasa. Pengakuan ini bisa diketahui dalam bentuk penghargaan-penghargaan dari lembaga-lembaga baik lembaga pemerintah maupun swasta.  

Rekam jejak sosial ini menjadi sangat penting karena akan menjadi modal yang kuat untuk mengajak rakyat Indonesia guna membantu negara dalam menghadapi masa-masa sulit. Ketiga,  cerdas. Sosok ini harus dikenal sebagai orang yang cerdas. Hal ini bisa dilihat dengan prestasi dari bidang yang digelutinya.  

Kecerdasan ini berguna untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya terutama di Kementerian Sosial, kecerdasan ini tidak hanya soal akal seperti kecerdasan dalam manajemen dan penyelesaian masalah, tetapi juga kecerdasan hati. 

Kecerdasan hati bisa dirasakan dari kedekatannya kepada Allah yang terlihat dari kerajinannya beribadah dan kepeduliannya menghindari perbuatan maksiat serta kemampuannya mengajak yang dipimpinnya melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar.  

Kemampuan ini sangat dibutuhkan untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap Kementerian Sosial. Keempat, mempunyai kemampuan menyampaikan atau komunikasi yang baik, secara lisan maupun tulisan.

Di era digital ini, kemampuan menyampaikan program-program agar bisa diterima baik oleh rakyat Indonesia sangat diperlukan. Apalagi dengan banyak beredarnya berita hoaks maka kemampuan komunikasi ini tidak bisa ditawar lagi. 

Karena itu, sosok ini harus mempunyai rekam jejak sebagai orang yang aktif di media, baik sebagai sumber berita atau sebagai penulis opini atau penulis buku. Keempat ciri tersebut  adalah ciri dari sifat Nabi yaitu shiddiq, amanah, fathonah, dan tabligh.

Sosok yang mempunyai keempat ciri ini adalah mensos idaman di masa pandemi.  Sosok ini bisa dicari di partai politik terlebih dahulu, jika tidak ditemukan maka Presiden Jokowi bisa mencarinya di luar partai politik.  

Bisa jadi sosok tersebut ada di ormas keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah, jika belum ditemukan juga maka bisa saja mencari dengan bantuan mbah Google, sebagaimana yang dilakukan Pak Jokowi ketika mencari menteri di masa periode pertama kepemimpinan beliau.

Demikianlah sumbang saran dari orang yang peduli dengan kehidupan sosial bangsa ini dan ingin Indonesia menjadi lebih baik. Mohon maaf jika saran ini jauh dari solusi yang diharapkan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement