Jumat 13 Nov 2020 12:49 WIB
Inspira

Toxic Parents

Kebanyakan orang tua sering melarang melakukan satu-dua hal tanpa memberi solusi.

Erik Hadi Saputra
Foto: dokpri
Erik Hadi Saputra

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Hadi Saputra*

Pembaca yang kreatif, saya agak berpikir ketika seorang mahasiswa memberikan komentar, "Tinggal di rumah layaknya neraka" pada acara Talkshow IG Live bertema "Toxic Parents". Apa yang sebenarnya terjadi?

Narasumber talkshow ini adalah mahasiswa yang mengalami kondisi orang tua yang tinggal berpisah. Dia sudah tidak mempermasalahkan kondisi ini. Persoalan muncul ketika salah satu orang tuanya memaksakan keinginan atau pendapatnya untuk anak.

Sementara anak tidak diberikan kesempatan untuk melakukan yang diinginkannya, seolah-olah tidak dipercaya, ketika menceritakan persoalan yang dihadapi dengan maksud untuk lebih terbuka dan meminta pendapat.

Bukan saran atau penguatan yang didapatkan, namun kesalahan dan ceramah yang diterimanya. Sampai pada pertengahan talkshow seorang teman mahasiswa berkomentar seperti di atas.

Pembaca yang kreatif, di kalangan mahasiswa ketika diberikan kesempatan talkshow baik dalam kegiatan mereka sendiri dan kegiatan tugas daring, mereka senang membahas terkait keluarga. Kadang istri saya yang mendengarkan obrolan ini ikut berkomentar.

Apakah orang yang belum menikah bisa berkomentar bagaimana itu keluarga. Ketika saya bertanya kepada kelompok mahasiswa yang lain, mereka tertarik ingin mengetahui bagaimana kondisi yang mereka alami ketika menjadi anak dan bagaimana gambaran ketika suatu saat nanti mereka menjadi orang tua.

Terkadang saya melihat mahasiswa berperan seolah-olah mereka berusia 40 tahun dan fasih dalam perencanaan keluarga dan bagaimana mendidik serta berkomunikasi dengan anak.

Mengapa bagi sebagian orang rumah menjadi sangat tidak nyaman? Apa yang mereka rasakan dan bagaimana kita memberikan penawar dari toxic parents ini? Berikut pandangan mahasiswa dalam kelas daring yang saya ampu.

Stella Monique berpendapat, ketika keadaan pandemi seperti ini mahasiswa melakukan semua kegiatan di rumah saja mulai dari proses perkuliahan, rapat, dan kegiatan lainnya. Semua dilakukan melalui daring dari rumah. Sehingga muncul rasa bosan dengan kegiatan yang begitu-begitu saja.

Beberapa mahasiswa tidak mendapatkan uang jajan, bahkan tidak diperbolehkan keluar rumah. Jauh berbeda dengan kegiatan normal sebelum pandemi. Semua kegiatan bisa dilakukan di luar rumah dan bertemu teman. Bahkan uang jajan pun tetap lancar.

Seorang mahasiswa yang bernama Adela May Syahputri mengatakan, anak yang jarang mengekspresikan dirinya kepada orang tua itu disebabkan perasaan takut, malas, sia-sia saja (percuma) karena merasa cerita pun tidak didengarkan. Kebanyakan orang tua sering melarang melakukan satu dan dua hal tanpa memberi penjelasan serta solusinya. Alangkah baiknya jika tidak sekadar melarang, namun juga memberi jalan keluar dari persoalan anak khususnya yang beranjak dewasa.

Adapun Dinda Dennis lebih menyorot pada kondisi komunikasi dalam keluarga. Bagi Dennis, komunikasi keluarga bisa dibangun pada saat makan ma lam. Momen berkumpul pada satu meja bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk saling berbagi.

Saya juga sempat berbincang dengan Mario Erlanda, seorang Presiden BEM yang mengatakan, semua bisa jika kita saling terbuka. Mengerti batasan antara orang tua dan anak. Mencoba mengerti posisi orang tua, dan memastikan setiap pembicaraan kita memiliki kualitas.

Pembaca yang kreatif, saran saya, ketika ada kesempatan berbincang lebih lama dalam keluarga, maka cobalah. Berbincang sejatinya tidak hanya sekadar obrolan.

Hindari obrolan yang menjadi toxic seperti mengomentari fisik, perumpamaan yang tidak pantas, nyeleneh, atau memberi nama yang tidak berarti. Contoh itu semua bisa menjadikan komunikasi hambar dan membuat orang tidak nyaman.

Kita berharap semoga kita bisa menjadi penawar dan vaksin pada setiap interaksi kita dalam keluarga, kantor, bisnis, dan orang lain. Sehat dan sukses selalu.

 

*Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan dan Urusan Internasional Universitas Amikom Yogyakarta

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement