Jumat 13 Nov 2020 05:57 WIB

Masa Pandemi, Penting Berolahraga

'Orang dewasa perlu melakukan aktivitas fisik 150 menit setiap pekan'.

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Rahmat Santosa Basarah
Panelis FGD Republika bertajuk  'Gaya Hidup Sehat di Tengah Pandemi'
Foto: dokpri
Panelis FGD Republika bertajuk 'Gaya Hidup Sehat di Tengah Pandemi'

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Republika mengadakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk 'Gaya Hidup Sehat di Tengah Pandemi' secara daring pada Kamis (12/11). Dalam FGD yang didukung Satgas Penanganan Covid-19 ini, terdapat lima bahan diskusi yang dihadirkan seputar gaya hidup baru.

Dipimpin moderator Rachmat Santosa Basarah, panelis FGD adalah praktisi olahraga sekaligus Sekretaris Umum PASI Jawa Barat Ir.Darius Krisdanu Purwana, SE, MSi, dokter tim Covid-19 RS Al Islam Bandung dr. Rizky Qurrota Ainy dan praktisi psikologi olahraga Dra.Ardanti Ratna Widyastuti, Psi.Psikolog. FGD dimulai dari perubahan gaya hidup dari sebelum pandemi, hingga dukungan keluarga dan komunitas dalam gaya hidup di tengah pandemi.

Danti, sapaan Ardanti Ratna Widyastuti, menyebut gaya hidup sebelum pandemi tentu terdapat perbedaan dengan di masa pandemi ini. Danti mengakui perubahan perilaku itu mengikuti peraturan baru yang ditetapkan oleh pemerintah, seperti pembatasan pergerakan. "Ada perubahan total juga termasuk kegiatan di kantor dan di sekolah. Terdapat pula perubahan cara bersosial selama pandemi dan memang mau tidak mau dirasakan dan mencoba menikmati perubahan hidup ini," kata Danti.

Terkait ini, Qurrota Aini mengklaim pasti akan terjadi perubahan pola hidup. Apalagi adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia. ''Dari segi medis, banyak sekali dampaknya. Contoh dari pasien yang mengharuskan kontrol rutin jadi tidak rutin," kata dr.Qurro, sapaannya.

 

Qurro menyebut studi di Spanyol menyebut beberapa aktivitas mengalami perubahan signifikan di masa pandemi. Sebut saja soal makanan, pola tidur, aktivitas fisik, dan screen time. "Dari studi tersebut terdapat 30 persen peningkatan waktu tidur, 48 persen membuat makanan di rumah sendiri. Tapi aktivitas screen time meningkat dan aktivitas fisik berkurang," kata Qurro.

Dalam topik diskusi lain, gaya hidup sehat menjadi ikhtiar bagi pemutus mata rantai Covid-19. Danti menyebut perubahan gaya hidup baru merupakan bentuk dari kebiasaan abnormal yang menjadi normal baru. Dia mengakui kondisi abnormal seperti menerapkan protokol kesehatan ketat bisa menjadi kebiasaan baru. "Selain menjaga kesehatan dengan menerapkan 3M sebagai protokol kesehatan, perubahan positif lainnya adalah budaya antri, penggunaan transaksi non tunai, belanja daring, memperbanyak aktivitas bersama keluarga, dan melakukan digitalisasi dengan terpaksa," kata Danti.

Dalam topik lain, terdapat bahasan tentang kebiasaan lama yang perlu ditinggalkan ketika pandemi Covid-19. dr.Qurro, sapaan Rizky Qurrota Ainy, memaparkan bahwa perlunya menghindari tempat dengan risiko paparan tinggi. Diantaranya adalah tempat ramai, sempit, dan tertutup. "Kita menghindari gaya hidup yang membuat kita lebih mudah terpapar. Seperti merokok, tingkat aktivitas fisik yang kurang bahkan tidak sama sekali, indeks masa tubuh tinggi atau obesitas," kata Qurro.

Qurro sepakat dengan apa yang disampaikan Darius, bahwa orang dewasa perlu melakukan aktivitas fisik 150 menit setiap pekan dan anak-anak 60 menit setiap hari. Namun aktivitas fisik pun tidak boleh langsung berat, tapi secara bertahap.

Topik lain yang dibahas adalah bagaimana mengurangi dampak kecemasan akibat Covid-19. Darius menyebut olahraga bisa mengurangi rasa kecemasan, karena meningkatkan hormon endorfin. Namun Darius menekankan bahwa perlu adanya dukungan pemerintah untuk mengurangi dampak tersebut. Menurutnya, sosialisasi juga harus banyak terkait dengan aktivitas fisik atau olahraga ini. 

Topik terakhir yang dibahas adalah peran keluarga dan komunitas sebagai kelompok sosial terkecil dalam gaya hidup sehat di tengah pandemi. Darius menekankan bahwa keluarga harus menjadi garda terdepan dalam menerapkan gaya hidup sehat di tengah pandemi. Dia mencontohkan bagaimana orang tua dan anak bisa melakukan aktivitas bersama. "Peran komunitas juga penting, bagaimana komunitas bisa memberikan dampak positif dan menularkan aktivitas kegiatan fisik. Seperti komunitas gowes, komunitas olahraga lain atau bahkan ada kegiatan olahraga yang pesertanya harus swab dulu," kata Darius.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement