Selasa 03 Nov 2020 05:20 WIB

Alun-Alun Baghdad Dibuka Kembali Setelah Setahun Diprotes

Pembukaan ini menandai berakhirnya demonstrasi anti-pemerintah di alun-alun Baghdad

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
 Pengunjuk rasa Irak membawa bendera nasional Irak saat mereka berdiri di atas balok beton yang digunakan oleh pasukan keamanan untuk memotong jembatan AL-jumhuriya, dekat alun-alun Al Tahrir di Baghdad tengah, Irak, 01 Oktober 2020. Ribuan pengunjuk rasa Irak berkumpul di Tahrir persegi untuk menandai ulang tahun pertama protes Oktober 2019, yang berlanjut selama berbulan-bulan melawan korupsi, dan kurangnya layanan di Baghdad dan kota-kota selatan Irak.
Foto: EPA-EFE/AHMED JALIL
Pengunjuk rasa Irak membawa bendera nasional Irak saat mereka berdiri di atas balok beton yang digunakan oleh pasukan keamanan untuk memotong jembatan AL-jumhuriya, dekat alun-alun Al Tahrir di Baghdad tengah, Irak, 01 Oktober 2020. Ribuan pengunjuk rasa Irak berkumpul di Tahrir persegi untuk menandai ulang tahun pertama protes Oktober 2019, yang berlanjut selama berbulan-bulan melawan korupsi, dan kurangnya layanan di Baghdad dan kota-kota selatan Irak.

IHRAM.CO.ID, BAGHDAD -- Otoritas Irak membuka kembali jembatan Al-Jumhuriyah dan alun-alun Tahrir Baghdad pada Sabtu (31/10). Pembukaan ini menandai berakhirnya demonstrasi anti-pemerintah di situs tersebut, setelah lebih dari satu tahun melakukan protes.

Jembatan Jumhuriyah yang dibuka kembali ini mengarah ke gedung-gedung pemerintah, parlemen, dan kedutaan asing di Zona Hijau yang dijaga ketat. Jembatan di seberang Sungai Tigris itu menjadi saksi bentrokan sengit antara pengunjuk rasa dan pasukan pemerintah. Sejak bentrokan, jembatan telah ditutup untuk lalu lintas.

"Pembukaan jembatan Al-Jumhuriyah dan pencopotan tenda dari alun-alun Tahrir Square dilakukan berkoordinasi dengan para pengunjuk rasa dan tidak ada ketegangan apapun,” kata Kepala Komando Operasi Baghdad, Mayjen Qais Al-Mohammadawi dilansir dari Arab News, Senin (2/11).

Al-Mohammadawi menuturkan, tenda pengunjuk rasa telah dibongkar di bundaran Tahrir dan tembok beton yang menjulang tinggi yang digunakan untuk menutup jembatan Al-Jumhuriyah di seberang Sungai Tigris juga telah dirobohkan. Pasukan keamanan menggunakan buldoser untuk membantu membersihkan beberapa tenda pengunjuk rasa di Tahrir Square.

“Dibukanya kembali tempat-tempat ini tidak berarti pemberontakan sudah selesai,” kata Kamal Jabar, salah satu tokoh gerakan yang dijuluki Revolusi Oktober.

Menurut Jabar, pengunjuk rasa mungkin telah kalah dalam pertempuran, tetapi mereka tetap ada dan bertahan dan sekarang bekerja untuk mendirikan organisasi politik. Karena bentrokan para demonstran dengan pasukan keamanan itu telah menyebabkan 600 orang meninggal dunia dan 30 ribu luka-luka, sebagian besar demonstran.

Protes tersebut membantu mengantarkan Mustafa Al-Kadhimi menjadi Perdana Menteri Irak pada Mei 2020. Namun sejak menjabat, Al-Kadhimi belum melakukan reformasi besar apapun.

Pendemi virus corona semakin membawa Irak pada kemerosotan ekonomi karena jatuhnya harga minyak serta diberlakukannya penguncian. Tingkat kemiskinan tumbuh menjadi 40 persen.

Di tengah krisis dan tekanan publik yang semakin meningkat, pemerintah memutuskan membuka kembali alun-alun Tahrir dan jembatan Al-Jumhuriyah untuk memudahkan lalu lintas di Baghdad, sebuah kota dengan 10 juta penduduk. Serta untuk menghidupkan kembali perdagangan di pusat ibu kota terpadat kedua di dunia Arab itu.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement