Senin 02 Nov 2020 05:05 WIB

Sektor Pariwisata Global akan Kehilangan 174 Juta Pekerjaan

Pembatasan perjalanan menjadi penyebab banyaknya PHK di sektor pariwisata.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah warga bermain bola di Pantai Padang, Sumatera Barat, Ahad (1/11). Industri perjalanan dan pariwisata global akan kehilangan 174 juta pekerjaan tahun ini apabila pembatasan aktivitas sosial dan ekonomi terus diberlakukan di banyak negara.
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Sejumlah warga bermain bola di Pantai Padang, Sumatera Barat, Ahad (1/11). Industri perjalanan dan pariwisata global akan kehilangan 174 juta pekerjaan tahun ini apabila pembatasan aktivitas sosial dan ekonomi terus diberlakukan di banyak negara.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Industri perjalanan dan pariwisata global akan kehilangan 174 juta pekerjaan tahun ini apabila pembatasan aktivitas sosial dan ekonomi terus diberlakukan di banyak negara. Data tersebut disampaikan kelompok industri pariwisata, World Travel & Tourism Council (WTTC), Jumat (30/10).

Seperti dilansir AP News, Ahad (1/11), pembatasan perjalanan di banyak negara menjadi faktor utama banyaknya jumlah pekerjaan di sektor pariwisata yang hilang. Kebijakan ini secara efektif melarang penerbangan dari luar negeri dan menutup berbagai sektor jasa di banyak negara.

Meski mengkhawatirkan, proyeksi dari WTTC lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya. Perbaikan ini dilakukan karena industri melihat adanya pemulihan yang kuat dalam perjalanan domestik di Cina dan rebound di negara lain.

Cina, tempat Covid-19 pertama kali muncul, diketahui sudah berhasil menahan penyebaran virus lebih baik dibandingkan kebanyakan negara. Negeri Tirai Bambu ini juga telah membuka kembali sebagian besar ekonominya. Kemajuan Cina tidak terlepas dari pengujian virus yang diberlakukan secara luas di bandara, diiringi dengan penerapan protokol kesehatan dan kebersihan yang disiplin.

Pada Juni, dewan asosiasi memperingatkan, ada 197 juta pekerjaan di bidang pariwisata yang akan hilang di seluruh dunia. Meski turun, proyeksi ini tetap harus diantisipasi mengingat pariwisata merupakan sektor yang sangat diandalkan oleh banyak negara sebagai pendapatan utama.

Analisis menunjukkan, jika pembatasan perjalanan saat ini dihapus lebih cepat, dampaknya akan signifikan ke sektor perjalanan dan pariwisata. Dikutip di situs resmi WTTC, setidaknya 31 juta pekerjaan masih bisa terselamatkan pada akhir 2020.

Menurut laporan Economic Impact Report WTTC 2020, sektor perjalanan dan pariwisata menciptakan 330 juta pekerjaan di seluruh dunia dan bertanggung jawab atas satu dari 10 pekerjaan. Sektor ini juga menghasilkan satu dari empat pekerjaan baru yang ada.

Pembatasan aktivitas dan lockdown sebenarnya telah dilonggarkan di seluruh dunia. Tapi, jumlah pelancong tetap menurun karena banyak negara mengharuskan pengunjung melakukan karantina diri mereka sendiri selama beberapa hari setelah kedatangan.

Tantangan bagi sektor pariwisata tidak berhenti di situ. Ada kekhawatiran, munculnya gelombang kedua dan ketiga penyebaran virus, terutama di Eropa, akan semakin menekan pertumbuhan sektor ini.

WTTC mengatakan, pembatasan perjalanan yang berkepanjangan dapat menghilangkan 4,7 triliun dolar AS dari kontribusi sektor pariwisata ke Produk Domestik Bruto (PDB) global tahun ini. Angka tersebut turun 53 persen dibandingkan 2019.

Presiden dan CEO WTTC Gloria Guevara menjelaskan, pemulihan sektor pariwisata akan tertunda lebih jauh dengan lebih banyaknya pekerjaan yang hilang. "Kecuali, kewajiban karantina dapat digantikan dengan pengujian virus yang cepat dan hemat biaya di bandara pada saat keberangkatan," ujarnya.

Apabila hal tersebut tidak dapat dilakukan atau membutuhkan waktu lama untuk diterapkan, Guevara menyebutkan, sektor perjalanan dan pariwisata akan semakin sakit. Bahkan, menurutnya, sektor ini bisa mengalami kehancuran total.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement