Senin 31 Aug 2020 13:15 WIB

Kekuatan Industri Militer Turki dari Roket Hingga Rudal

Turki mulai uji coba mesin roket berbahan bakar cair.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Sebuah gambar rencana roket antariksa Turki
Foto: [ist]
Sebuah gambar rencana roket antariksa Turki

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Dalam pembukaan pusat penelitian dan pabrik perusahaan pertahanan Turki, Roketsan di ibu kota Ankara, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan rencana dan pencapaian industri pertahanan negeri itu. Ia mengumumkan Turki akan mulai melakukan uji coba mesin roket berbahan bakar cair.

"Dengan senang hati saya mengumumkan dimulainya uji coba pengembangan mesin roket teknologi berbahan bakar cair dalam negeri pertama," kata Erdogan dalam pidatonya seperti dilansir dari kantor berita Turki Anadolu Agency, Senin (31/8).

Baca Juga

Turki resmi membuka Space Technologies and Advanced Technologies Research Center, Explosive Chemicals Raw Material Manufacturing Plant, Roketsan. Erdogan menambahkan Turki juga akan melanjutkan pengembangan mesin roket berbahan bakar campuran.

Ia mengatakan Roketsan telah mengembangkan teknologi bahan bakar hidrogen kapasitas tinggi. Bahan bakar yang dapat digunakan berbagai sektor mulai dari penerbangan, transportasi, hingga sektor antariksa.

Erdogan juga mengaku Turki telah mengembangkan sistem senjata dan teknologi GPS untuk memandu peluru kendali pertama mereka.

"Di pusat penelitian ini, kami mengerjakan teknologi masa depan, seperti senjata kecil, sistem hipersonik dan laser dan senjata energi terarahkan yang mengggunkan teknologi elektromagnetik," katanya.

Pada awal tahun ini, Erdogan berjanji akan meluncurkan program luar angkasa nasional. Upaya Erdogan membuat Turki sejajar dengan Amerika Serikat (AS), China, dan Rusia.

Dalam pidatonya, ia mengungkapkan pencapaian industri pertahanan Turki. Ia mengatakan selama 18 tahun terakhir Turki berusaha membangkitkan kembali industri pertahanan mereka yang terpuruk.

"Kami mempertahankan kebijakan untuk tidak mengambil produk luar negeri bila kami bisa memproduksinya di dalam negeri," kata Erdogan seperti dilansir dari Daily Sabah.

"Saat ini Turki mengejar lebih dari 700 proyek pertahanan, Turki mengurangi ketergantungan industri pertahanan pada pihak eksternal dari 70 persen menjadi 30 persen, volume proyek pertahanan mencapai 60 miliar dolar AS, sementara ekspor pertahanan tembus 3 miliar dolar," katanya.  

Erdogan juga mengatakan saat ini tujuh perusahaan pertahanan Turki termasuk 100 perusahaan pertahanan terbesar di dunia. "Kami salah satu dari tiga hingga empat negara yang memproduksi pesawat tanpa awak dan pesawat tanpa awak bersenjata," tambahnya.

Presiden itu juga menekankan rudal maritim pertama Turki, Atmaca. Ia mengatakan pada akhir tahun ini rudal itu akan sudah masuk inventori angkatan bersenjata.

"Atmaca menempatkan negara kami di antara hanya lima negara yang dapat memproduksi rudal anti-kapal, saya berharap pada akhir tahun, kami akan memasukannya ke inventori Angkatan Bersenjata Turki (TSK), kami bangga banyak negara yang tertarik bertemu kami untuk membeli rudal itu," kata Erdogan.  

Dalam kesempatan ini Erdogan juga membahas ketegangan dengan Yunani di Mediterania. Ia mengatakan selain menghadapi teroris, Turki juga harus menghadapi ancaman terhadap hak-hak mereka di Mediterania dan kepulauan Aegean.

"Semua orang yang menentang kami di tanah, udara dan laut kami, menentang hak sah Turki dan tekad kami melindungi hak-hak kami berdasarkan hukum internasional," katanya seperti dikutip Anadolu Agency.

Beberapa hari terakhir hubungan Turki dan Yunani memanas. Turki menggelar latihan di perairan Siprus.

Ketegangan antara kedua anggota NATO itu meningkat setelah kedua negara menandatangani perjanjian perbatasan maritim yang saling bertentangan. Turki membuat kesepakatan dengan Libya sementara Yunani dengan Mesir.

Pada bulan ini, Turki mengirimkan kapal survei ke perairan Siprus yang disengketakan. Kedua belah pihak menggelar latihan militer di sebelah timur Laut Tengah menambah potensi ketegangan menjadi konfrontasi langsung.

Dua pekan lalu kapal fregat Yunani dan Turki yang membayangi kapal survei minyak dan gas milik Turki, Oruc Reis, bertabrakan. Kementerian Pertahanan Turki mengatakan pesawat tempur F-16 mereka mencegah pesawat F-16s Yunani masuk ke wilayah tempat Turki beroperasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement