Ahad 23 Aug 2020 10:11 WIB

Tajuk Republika: Momentum Hijrah Meneladani Rasulullah

Tahun Baru Islam kali ini tanpa perayaan.

Tahun baru Hijriah (ilustrasi).
Foto: google.com
Tahun baru Hijriah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Kemarin kita baru saja menyambut kedatangan 1 Muharam 1442 Hijriyah. Tahun baru Hijriyah atau banyak orang mengenalnya sebagai Tahun Baru Islam kali ini nyaris diperingati dengan cara yang amat sederhana. Tidak seperti sebelum-sebelumnya yang cukup meriah.

Wabah virus Covid-19 yang masih melanda negeri tercinta ini membuat berbagai aktivitas kemasyarakatan dan agama hanya bisa dilakukan terbatas. Dalam kondisi yang demikian, sangat wajar bila antusias umat Islam menyambut kedatangan Tahun Baru Islam tidak diwujudkan dengan berbagai kegiatan yang mengundang masyarakat, seperti pawai obor yang biasanya memenuhi jalan-jalan di berbagai pelosok wilayah saat malam tahun baru Hijriyah.

Secara kasat mata kedatangan 1 Muharam tidak disambut dengan gegap gempita, tapi spirit Tahun Baru Islam tetap tidak kehilangan maknanya. Di tengah kondisi yang memprihatinkan, umat Islam tetap dapat memanfaatkan kedatangan Tahun Baru Islam dengan penuh semangat. Sebab, makna sesungguhnya dari perayaan Tahun Baru Islam bukan pada meriah atau tidaknya acara penyambutannya, melainkan lebih pada makna, apakah ada perubahan individu dan umat Islam secara keseluruhan ke arah yang lebih baik.

Apalagi kita ketahui, peristiwa 1 Muharam yang ditandai dengan hijrahnya Nabi Muhammad adalah peristiwa sangat penting bagi sejarah umat Islam. Hijrah adalah metamorfosis gerakan, antara lain dalam hal sosial ataupun keagamaan.

Pesan utama dari datangnya 1 Muharam adalah bagaimana seluruh umat Islam meneladan spirit dan nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa hijrah Rasulullah SAW. Kita harus mencontoh sikap, perbuatan, ucapan, dan akhlak Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari.

Wabah Covid-19 tidak hanya membatasi umat dalam melakukan aktivitas di berbagai hal. Cobaan yang lebih berat lagi, wabah ini membuat perasaan khawatir yang begitu tinggi di tengah masyarakat terhadap kemungkinan terjangkit virus ini. Apalagi, sampai saat ini obat untuk menyembuhkan virus Covid-19 belum ditemukan.

Selain itu, dari sisi ekonomi juga tidak sedikit umat yang terkena dampaknya, antara lain usaha nya yang mengalami kerugian atau mereka yang karyawan harus menghadapi pemutusan hubungan kerja (PHK). Tidak itu saja, negara juga secara ekonomi terancam resesi karena pertumbuhan ekonomi nasional dalam kuartal kedua minus dan berpotensi terulang di kuartal ketiga.

Berbagai cobaan yang dihadapi umat saat ini sesungguhnya dihadapi oleh Rasulullah sesaat sebelum melaksanakan hijrah. Karena itu, makna kehadiran 1 Muharam tahun ini sesung guhnya menjadi jauh lebih dalam dibanding pada tahun-tahun sebelumnya, yang kondisi masyarakat dan negara tidak dalam ujian yang berat.

Bahkan, dalam kondisi yang sangat memprihatinkan ini, umat harus memanfaatkan kedatangan Tahun Baru Islam sebagai momentum untuk berhijrah. Saat ini setidaknya ada tiga hal hijrah yang harus kita lakukan.

Pertama, meningkatkan ketaatan terhadap protokol kese hat an. Kita sama-sama tahu, salah satu penyebab semakin meningkatnya masyarakat terjangkit virus Covid-19 karena banyak masyarakat yang abai dalam mematuhi protokol kesehatan. Sebagai penduduk terbesar di Indonesia, umat Islam harus memberi contoh kepada umat lain untuk selalu mengenakan masker ketika keluar rumah, menjaga jarak, menghindari berkerumun untuk hal-hal yang tidak perlu, dan sering mencuci tangan.

Kedua, harus lebih bersabar. Cobaan pasti menghampiri masyarakat setiap kali wabah penyakit menyerang sebuah negeri. Begitu juga, dengan wabah saat ini banyak masyarakat yang diuji dengan terjangkit Covid-19. Selain itu, ada pula yang diuji secara ekonomi dengan kehilangan pekerjaan. Semua cobaan itu harus dihadapi dengan lebih sabar dan tawakal.

Ketiga, bekerja lebih keras. Nabi Muhammad SAW telah ber pesan kepada umatnya untuk rajin dan bekerja keras. Dalam situasi sulit ini, umat dituntut untuk bekerja lebih keras lagi dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Umat tidak boleh bermalas-malasan, tapi harus bekerja lebih sungguh-sungguh dan kreatif agar bisa lolos dari ujian resesi ekonomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement