Senin 20 Jul 2020 19:07 WIB

Konsumsi Listrik Naik, Sri Mulyani: Ekonomi Mulai Menggeliat

Konsumsi listrik mencerminkan pertumbuhan populasi dan produksi barang/ jasa.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Warga memeriksa meteran listrik, ilustrasi
Foto: Yasin Habibi/ Republika
Warga memeriksa meteran listrik, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, konsumsi listrik pada bulan lalu mengalami pertumbuhan positif 5,4 persen, dari sebelumnya kontraksi 10,7 persen. Pertumbuhan ini menjadi tanda-tanda positif yang menggambarkan geliat kegiatan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.

Sri menjelaskan, konsumsi listrik mencerminkan pertumbuhan populasi dan produksi barang/ jasa. Artinya, ketika terjadi pertumbuhan di zona positif, ada kegiatan produksi dan konsumsi yang meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.

Baca Juga

"Kalau dilihat dari konsumsi listrik, terlihat adanya indikator yang cukup solid menunjukkan, turn around di ekonomi kita," tuturnya dalam konferensi pers APBN Kinerja dan Fakta (KiTa) secara virtual, Senin (20/7).

Apabila dilihat secara detail, perbaikan signifikan terutama terjadi pada industri. Pada Mei 2020, kenaikan konsumsi listriknya berada di zona negatif 33 persen. Tapi, pada Juni, konsumsinya naik sampai pada zona positif, tepatnya 3,7 persen.

Sektor industri sendiri berkontribusi 31,7 persen terhadap total konsumsi listrik. Apabila mereka tumbuh positif, berarti ada peningkatan pada produksi barang ataupun jasa.

Situasi yang membaik juga terjadi pada industri. Meski masih kontraksi 10,5 persen, angka ini membaik dibandingkan penyusutan 22 persen pada Mei. Perbaikan ini menandakan kembali meningkatnya aktivitas ekonomi.

Di sisi lain, permintaan listrik rumah tangga relatif lebih flat dari 9,7 persen pada Mei menjadi tumbuh 12,7 persen pada Juni.

Secara total, Sri mengatakan, konsumsi listrik mulai tumbuh ke zona positif 5,4 persen dari yang semula negatif 10,7 persen pada Mei ataupun zona negatif pada bulan-bulan sebelumnya.

"Ini adalah tanda-tanda positif yang mengonfirmasi, kegiatan ekonomi mulai menggeliat," ujar mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.

Pemulihan juga terlihat dari penjualan eceran Juni yang membaik dibandingkan Mei. Sri mengatakan, Indeks Penjualan Riil (IPR) bulan lalu naik menjadi minus 14,4 persen, dari minus 20,6 persen. Terjadi perbaikan pada kelompok makanan, minuman dan tembakau serta bahan bakar kendaraan.

Di sisi lain, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan lalu naik menjadi 83,8 dari 77,8 pada Mei. Kenaikan ini mengindikasikan optimisme konsumen yang membaik.

"Ekspektasi konsumen menguat terhadap perkiraan ekonomi," tutur Sri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement