Jumat 29 May 2020 07:25 WIB

New Normal, Pakar: Perlu Ada Sanksi untuk Disiplinkan Warga

Pakar menilai perlu ada sanksi saat pemberlakukan new normal agar masyarakat disiplin

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Bayu Hermawan
New Normal (ilustrasi)
Foto: Infografis Republika.co.id
New Normal (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pakar komunikasi dan manajemen krisis dari Universitas Brawijaya, Maulina Pia Wulandari menilai tingkat kesadaran dan kedisiplinan masyarakat Indonesia masih rendah. Padahal dua aspek itu penting untuk menerapkan tatanan kehidupan normal baru (new normal) di tengah pandemi Covid-19.

Menurutnya, masyarakat harus memiliki kesadaran dan displin dengan adanya gaya hidup baru. Mereka setidaknya perlu lebih fokus pada keselamatan dan kesehatan diri sendiri. "Keluarga dan orang lain," jelas Pia dalam keterangan pers, Kamis (28/5).

Baca Juga

Di sisi lain, Pia berpendapat, pemberlakuan kehidupan normal baru harus mengikuti sanksi di dalamnya. Jika tidak ada sanksi tegas, maka penerapan peraturan kehidupan normal baru akan sia-sia. Apalagi tingkat kesadaran dan kedisiplinan masyarakat masih rendah.

Penerapan sanksi diharapkan nantinya tidak bersifat transaksional dan kurang tegas. Pasalnya, karakter masyarakat agak sulit diatur dan suka menawar sehingga dikhawatirkan tidak mau patuh pada aturan.

Pada dasarnya kehidupan normal baru berarti  melakukan aktivitas dengan menggunakan standar protokol Covid-19. Beberapa di antaranya seperti cuci tangan sesering mungkin, menghindari menyentuh daerah wajah dan menerapkan etika batuk serta bersin. Kemudian menggunakan masker dan menjaga jarak sosial atau sosial distancing.

Pia mengatakan, beberapa lokasi yang perlu diperhatikan saat menerapkan kehidupan normal baru. Lokasi-lokasi yang dimaksud, yakni sekolah, mal, tempat wisata dan panti jompo. "Ini harus sepenuhnya dididik dan diberdayakan di bawah konsep normal baru. Selain itu, sistem kesehatan juga harus disiapkan apakah sudah bisa melacak setiap kasus baru," ucapnya.

Untuk menerapkan normaliras baru, masyarakat harus mendorong sosialisasi yang sesuai dengan karakter Indonesia. Bentuk sosialisasinya bisa melalui media komunikasi tradisional seperti pertunjukan wayang di pedesaan. Dapat pula dengan media sosial untuk masyarakat yang tinggal di perkotaan. 

"Sedangkan untuk remaja (sosialisasi) bisa lewat tokoh idola dan panutan mereka," jelasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement