Rabu 29 Apr 2020 00:01 WIB

CDC Tambah 6 Gejala Baru Covid-19

Gejala baru yang ditambahkan antara lain menggigil, sakit otot, sakit tenggorokan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Andi Nur Aminah
CDC menambah daftar resmi gejala Covid-19 antara lain menggigil, kejang berulang kali disertai menggigil, sakit otot, sakit kepala. Foto orang sedang menggigil (ilustrasi)
Foto: alodokter
CDC menambah daftar resmi gejala Covid-19 antara lain menggigil, kejang berulang kali disertai menggigil, sakit otot, sakit kepala. Foto orang sedang menggigil (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menambah enam daftar resmi gejala Covid-19 pekan ini. Penambahan itu untuk membantu dokter dan pasien lebih memahami siapa saja yang mungkin terinfeksi virus corona baru.

Dilansir di Los Angeles Times pada Selasa (28/4), gejala baru yang ditambahkan berupa menggigil, kejang berulang kali disertai menggigil, sakit otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan kehilangan kemampuan indra rasa atau bau. Gejala itu menambah daftar gejala Covid-19 yang diidentifikasi badan kesehatan masyarakat AS pada awal wabah itu merebak, yakni demam, batuk kering, dan sesak napas atau kesulitan bernapas.

Baca Juga

Pakar kesehatan menyarankan orang-orang yang memiliki gejala tersebut segera memanggil layanan kesehatan. Seorang spesialis penyakit menular di Sekolah Kesehatan Masyarakat UC Berkeley, John Swartzberg menjelaskan bukan hal mengherankan jika CDC memperbarui daftar gejala Covid-19, karena semakin banyak informasi yang tersedia.

“Itu yang harus mereka lakukan. Ini adalah penyakit yang baru, dan kami belajar banyak tentang hal itu, termasuk manifestasi klinisnya,” kata Swartzberg.

Semakin banyak orang yang terinfeksi membuat para ilmuan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang bagaimana penyebarannya, bagaimana virus itu membuat pasien sakit, dan bagaimana cara terbaik mengobatinya? Pada Senin (27/4), pelacakan Universitas Johns Hopkins menyebut virus corona baru menginfeksi lebih dari tiga juta orang di seluruh dunia dan mengakibatkan lebih dari 210 ribu kematian.

Seorang juru bicara CDC mengatakan gejala Covid-19 baru mencerminkan perubahan dalam definisi kasus yang diadopsi Dewan Negara dan Epidemiologis Teritorial (CSTE). CSTE terdiri dari ahli epideminologi yang bekerja di departemen kesehatan di seluruh negeri. Mereka membuat rekomendasi kepada CDC tentang cara melacak dan melaporkan penyakit.

Swartzberg menggambarkan dewan tersebut sebagai mata dan telinga CDC. “Mereka melihat hal-hal ini yang dilaporkan dokter dan kemudian memasukkan data itu ke CDC,” ujar dia.

Pada 5 April, dewan eksekutif CSTE menyetujui pernyataan 10 halaman yang menjabarkan praktik terbaik untuk melacak dan melaporkan kasus Covid-19. Pernyataan tersebut berisi daftar gejala yang paling sering diidentifikasi dengan penyakit itu.

Laporan CSTE mencatat bahwa tidak semua orang yang terinfeksi virus corona baru memiliki gejala yang sama. Beberapa orang tidak memiliki gejala sama sekali, sementara sekitar 80 persen dari mereka yang menjadi sakit Covid-19 mengalami gejala ringan hingga sedang, mirip flu tetapi tidak memerlukan rawat inap.

Sebanyak 15 persen kasus cukup parah sehingga membutuhkan oksigen tambahan. Sementara 5 persen cukup kritis sehingga memerlukan ventilator.

Laporan CSTE mengatakan orang dengan Covid-19 umumnya memiliki gejala awal seperti, demam dan masalah pernafasan ringan, sekitar lima hari setelah terinfeksi virus. Swartzberg mengatakan gejala-gejala itu dapat berlangsung antara tujuh hingga 14 hari, tetapi kasus-kasus akut dapat bertahan lebih lama dari itu.

Direktur Eksekutif CSTE Janet Hamilton mengatakan ketika para ahli kesehatan terus mempelajari lebih lanjut tentang penyakit itu, ada kemungkinan gejala lain akan ditambahkan ke daftar CDC. “Ini sangat baru dan bergerak cepat,” kata dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement