Selasa 28 Apr 2020 05:00 WIB

Emansipasi Pahala: Kesetaraan Gender dalam Alquran

Dalam Islam, laki-laki dan perempuan memiliki tugas dan tanggungjawab yang sama.

Muslimah di dalam Alquran
Foto:

Ummu Salamah tak mendapatkan jawaban apa pun pada pertanyaannya yang pertama itu. Rasulullah ﷺ memang secara spesifik menyebut Muslimin dan Muslimat, Mu’minin dan Mu’minat, pada khutbah-khutbahnya di atas mimbar. Tetapi, belum ada yang benar-benar keluar dari perangkat wahyu dalam Alquran.

Hingga suatu saat, ketika Ummu Salamah menyisir rambutnya di pondok Nabi, ia mendengar sayup khutbah Nabi ﷺ di atas mimbar. Ia segera menggelung rambutnya, keluar dari biliknya, lalu menempelkan telinganya di dinding untuk mendengar. Kemudian Ummu Salamah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda di atas mimbar, “Wahai para manusia, sesungguhnya Allah berfirman". Turunlah ayat yang ditunggu-tunggu para perempuan kala itu.

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang Mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan ampunan dan pahala yang besar untuk mereka.

Maka, lengkaplah kesetaraan gender dideklarasikan di dalam Alquran dan Islam. Dalam agama ini, laki-laki dan perempuan memiliki tugas dan tanggungjawab yang sama dalam penyerahan diri, keimanan, ketaatan, laku kebenaran, lapang kesabaran, jalan kekhusyuan, butir-butir sedekah –harta dan pengakuan keimanan, tirakat puasa, penjagaan kehormatan, dan basahnya lidah dalam zikir tak berkesudahan.

(Baca Juga: Ibnu Sina Menghadapi Corona)

Tak ada korting pahala antara satu dengan yang lainnya. Tidak ada ketidakseimbangan upah bagi mereka yang penuh melakukannya tanpa menilai jenis kelaminnya. Yang tegak setelahnya adalah emansipasi ampunan dan pahal.

Kita memang telah jauh melanglang dari diskusi emansipasi. Modernitas zaman telah membawa perempuan dan laki-laki pada level yang sejajar. Mereka sama-sama dapat bekerja di ruangan yang sama, pada tingkat jabatan yang sama, pada besaran penghasilan yang sama, pada gelar pendidikan yang sama.

Tetapi, ayat emansipasi pahala ini memberikan penekanan yang unik. Laki-laki dan perempuan disejajarkan dalam sepuluh karakter yang menjadi pandu tujuan hidup. Emansipasi itu, dengan demikian, tidak sebatas pekerjaan duniawi tanpa ada imbas ukhrawi. Emansipasi itu bukan lantas dibiarkan lepas dalam ruang materialitas, tetapi harus terkendali penuh dalam tali spiritualitas. Emansipasi itu bukan tertanam belaka sebagai hak, tetapi tugas dan kewajiban yang sama kokohnya.

Ayat itu pula yang telah menanamkan tekad yang kuat bagi para perempuan untuk mewujudkan visi kesetaraan ini menjadi kenyataan di dalam amal dan aktivitas mereka sehari-hari. Allah seperti telah membuka jalan yang lempang –karena setelahnya, ayat-ayat kesetaraan itu melimpah.

Bahkan, perempuan mendapat kehormatan menjadi nama surah dalam Alquran –sebuah pemberian yang tidak didapat laki-laki. Dalam surah itu pula, perempuan diangkat martabatnya: bukan lagi tubuh yatim yang dapat dikawini sesuka hati tanpa persetujuan, bukan lagi partner yang tak mendapat hak penuh atas mas kawinnya, bukan lagi sekadar komoditas waris laki-laki dan tak boleh dipergauli semena-mena, dan diberikan perangkat yang kuat ketika lelaki dikhawatirkan berbuat nusyuz atau tak acuh pada mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement