Senin 13 Apr 2020 14:21 WIB

Hukum Alam Covid-19

Berdasarkan teologi Hindu, terjadinya pandemi Covid-19 merupakan hukum alam.

Warga mendorong gerobak saat pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)  untuk menekan penyebaran COVID-19 di kawasan Blok M, Jakarta, Ahad (12/4). Memasuki hari ketiga pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sejumlah ruas jalan di Jakarta mulai sepi dari kendaraan roda dua dan empat
Foto:

Dalam pandangan Hinduisme, terjadinya wabah berbagai virus telah dikenal sejak lama, bahkan ada satu masa kewaspadaan bahwa pada setiap sasih kaenem atau bulan keenam dalam hitungan Tahun Saka, pada umumnya terjadi wabah yang disebut sasab mrana. Sasab mrana minimal terbagi dalam dua jenis, yaitu sasab gering dan sasab mrana. Sasab gering adalah wabah yang menimpa manusia.

Jika terjadi wabah seperti itu, biasanya dilakukan doa dalam ritual Caru Karang Gering atau upacara Bhuta Yadnya untuk menyucikan alam semesta guna menghindari penghuninya yang mengalami kesakitan. Sementara itu, sasab mrana adalah wabah penyakit yang menimpa ternak dan wabah yang menimpa tumbuh-tumbuhan. Biasanya dilakukan upacara "nangluk mrana" untuk menangkal atau mengendalikan gangguan-gangguan yang dapat membawa kehancuran atau penyakit pada ternak ataupun tanaman tersebut.

Jadi, kita bisa selamat dan sehat dalam ke hidupan dengan menjaga keharmonisan di dunia ini, yaitu menjaga keharmonisan lima unsur tersebut di atas yang membentuk bhuwana agung atau dunia ini dan bhuwana alit atau diri manusia itu sendiri. Mengutip Sugi Lanus, budayawan dan pembaca manuskrip Lontar, dalam pustaka lontar Widhi Sastra Roga Sangara Gumi, lon tar warisan kerajaan Majapahit, yang berisi tentang wabah dan datangnya malapetaka pe nyakit yang menjangkiti dunia.

Dalam manuskrip tersebut disebutkan, ganti kali bhumi atau peralihan jagat gelap, yakni setelah wabah menyerang dunia akan terjadi pergantian era kegelapan dunia menu ju sebuah awal era baru. Karena itu, dalam melawan Covid-19 umat Hindu melantunkan Doa Tryam bhakam, "Om tryambakam yajamahe sugandhim pusti vardhanam, urvarukamiva bandhanan mrtyor mukshiya mamritat".

Arti mantra Tryambakam, Bermata Tiga, kita bermeditasi kepada-Mu, Tuhan Yang Maha Esa, yang menembus dan memelihara se mua seperti wewangian. Semoga kita dibebaskan dari kekuatan penyakit, perbudakan, dan kematian demi keabadian.''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement