Senin 09 Mar 2020 18:40 WIB

Bandara Lampung Gagal Jadi Embarkasi Haji

Jamaah haji Lampung masih akan berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Ani Nursalikah
Bandara Lampung Gagal Jadi Embarkasi Haji. Bandara Radin Inten Lampung (dok Radin Inten)
Foto: dok Radin Inten
Bandara Lampung Gagal Jadi Embarkasi Haji. Bandara Radin Inten Lampung (dok Radin Inten)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Penantian panjang untuk menjadikan Bandara Internasional Radin Inten II Branti Lampung berstatus bandara embarkasi haji penuh 2020, gagal lagi. Bandara tersebut masih berstatus bandara embarkasi antara yang jamaahnya berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Lampung Bambang Sumbogo memastikan status Bandara Radin Inten II tidak jadi menjadi embarkasi haji untuk musim haji 2020. “Masih ada persyaratan yang tidak mungkin lagi keburu waktunya,” kata Bambang Sumbogo di Bandar Lampung, Senin (9/3).

Baca Juga

Menurut dia, persyaratan yang mengganjal, yakni izin prinsip General Authority of Civil Aviatioan (GACA) Arab Saudi dan dokumen Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA). Dia mengatakan, persyaratan GACA dan HIRA tersebut sebgai proses identifikasi dan pengendalian risiko. Artinya, persyaratan dua hal tersebut wajib dipenuhi ketika bandara dilayani pesawat berbadan besar jenis Airbus A330 dengan kapasitas 360 penumpang.

Bambang menyatakan, dua syarat yang harus dipenuhi tersebut tidak termasuk dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) yang telah diselesaikan pada akhir tahun lalu. Sedangkan dua persyaratan lainnya yang menyusul tidak mungkin dapat direalisasikan dalam tahun ini.

 

Kekurangan lainnya, ia mengatakan, Pemprov Lampung belum mampu memenuhi alat bantu navigasi ketika pesawat mendarat di landasan bandara, yang disebut Instrumen Landing System (ILS). Untuk itu, persyaratan yang menyusul tersebut akan dipenuhi untuk kebutuhan musim haji 2021.

Sebelumnya, Pemprov Lampung terus mengebut agar Bandara Radin Inten II berubah status menjadi bandara embarkasi haji penuh, setelah sebelumnya menyandang bandara embarkasi antara. Bandara embarkasi antara tersebut, jamaah calon haji asal Provinsi Lampung harus berangkat dari Bandara Radin Inten II menuju Tanah Suci Makkah dan Madinah atau Jeddah harus transit di Bandara Soekarno-Hatta dan menunggu jadwal keberangkatan.

Panjangnya perjalanan tersebut membuat kondisi jamaah calon haji semakin terkurang di jalan. Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk transportasi dan konsumsi menambah, sehingga tidak efektif bagi jamaah dan pemerintah daerah.

Jamaah calon haji asal Lampung yang berangkat menunaikan rukun Islam kelima tersebut selalu bertamah. Berdasarkan kuota yang diperoleh Provinsi Lampung jumlah jamaah calon haji yang akan diterbangkan ke Tanah Suci sebanyak 7.445 jamaah dengan penerbangan sebanyak 22 kloter.

Pada akhir tahun lalu, jamaah umrah asal Lampung telah melakukan penerbangan perdana dari Bandara Radin Inten II Branti Lampung menuju Jeddah. Penerbangan perdana langsung tanpa transit di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng tersebut berlangsung lancar dan sukses.

Sebelumnya, pada pemberangkatan jamaah calon haji status Bandara Radin Inten II masih embarkasi haji antara sejak 2004. Artinya, jamaah diberangkatkan dari Bandara Radin Inten II menuju Bandara Soekarno-Hatta, dan menunggu keberangkatan penerbangan ke Jeddah atau Madinah.

Rusli, pengelola biro perjalanan haji dan umrah di Bandar Lampung, berharap pemerintah pusat segera meresmikan Bandara Radin Inten II Branti menjadi bandara embarkasi haji penuh pada 2020. Menurut dia, tidak ada halangan dan hambatan lagi untuk segera melaksanakannya tahun ini, agar biaya perjalanan haji jamaah lebih murah.

“Bandaranya sudah status internasional. Jamaahnya banyak, dan juga kalau berangkat langsung ada penghematan biaya,” ujarnya.

Wanto, jamaah haji yang berangkat tahun lalu, mengatakan, ibadah haji adalah ibadah fisik, jadi jamaah calon haji yang rata-rata banyak yang sudah tua, hendaknya dikurang beban perjalanan. Salah satunya, ujar dia, tidak keberangkatan tidak lagi harus transit dan menunggu lama.

“Kondisi fisik jamaah sangat menentukan perjalanan ibadah hajinya di Tanah Suci. Kalau berangkat banyak menunggu tentu menyulitkan jamaah ketika berada di Tanah Suci nanti,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement