Rabu 04 Mar 2020 10:19 WIB

Jamu, yang Dulu Dilupakan dan Kini Populer Kembali

Masyarakat beralih ke jamu sejak pakar menyebut khasiatnya mencegah corona.

Pengunjung menikmati minuman jamu tradisional. Jamu kembali populer karena disebut berkhasiat tingkatkan daya tahan tubuh di tengah banyaknya virus seperti corona.
Foto: Antara/Mohammad Ayudha
Pengunjung menikmati minuman jamu tradisional. Jamu kembali populer karena disebut berkhasiat tingkatkan daya tahan tubuh di tengah banyaknya virus seperti corona.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Zainur Mahsir Ramadhan.

Efek penyebaran virus corona di Indonesia nyatanya membuat sebagian orang merasa panik, meski tak sedikit yang merasa abai. Namun, karena masker dan kebutuhan kesehatan seperti hand sanitizer dan vitamin yang juga ludes diborong, rempah dan jamu menjadi alternatif penangkal bagi sebagian masyarakat.

Baca Juga

Salah satunya, Santi (28 tahun), ia mengaku baru rutin mengonsumsi minuman kesehatan itu sejak dua pekan lalu. “Pas diajak teman sih, katanya khasiatnya bagus. Dan memang, lumayan bagus sih,” ujar dia ketika ditemui di Bar Jamu di Jakarta Selatan, Selasa (3/3).

Dia menambahkan, sejak kecil minuman tersebut memang akrab dengannya. Utamanya pada saat sakit menyerang. Beranjak dewasa, minuman itu tak dikonsumsinya lagi.

“Untuk berjaga-jaga, dan menambah imunitas badan aja. Mungkin ke depannya akan terus rutin,” kata dia sambil mengenakan kembali masker hijaunya.

Serupa dengannya, Nurul (39) menuturkan, sejak kecil hingga dewasa,  telah mengonsumsi jamu dan rempah. Menurut dia, banyak manfaat yang dirasa dari minuman yang dikenalkan orang tuanya itu. “Intinya sih minuman detoks ini buat banyak manfaat, salah satunya ketahanan tubuh juga,” kata dia.

Menurut dia, manfaat rempah tradisional masih sangat bisa dirasakan. Terlebih untuk menjaga kondisi tubuh dari paparan virus dan penyakit lainnya.

“Rutin minum ini terus dari kecil. Sepekan bisa dua sampai tiga kali,” tutur dia ketika ditemui di Bar Jamu.

Nurul menegaskan, saat ini ada banyak varian jamu dengan berbagai rempah yang ringan dan nyaman dikonsumsi. Khusus untuk dirinya, jamu kunyit asam menjadi pilihan favorit. “Karena selain menjaga ketahanan tubuh, ini juga melancarkan pas datang bulan,” ungkap dia.

Staf dan peracik jamu di Suwe Ora Jamu Blok M, Tina (37), memaparkan, meski ketegangan akibat corona sudah timbul sejak Senin (2/3), kebutuhan rempah dan pesanan jamu belum nampak. Walaupun ia tak menampik, ada banyak manfaat yang dirasakan dari mengonsumsi minuman tradisional kaya rempah itu.

Dia menjelaskan, jamu kunyit asem contohnya, memiliki banyak khasiat, dari mulai meningkatkan kekebalan tubuh, mengeluarkan racun, melancarkan sirkulasi darah hingga menyehatkan kulit. Sambung dia, berbagai kalangan menjadi penggemar jamu tersebut dan lainnya di kedai Suwe Ora Jamu. “Di sini favorit jamu kunyit asam dan beras kencur,” kata dia.

Terpisah, Adzkia (18) staf di Bar Jamu juga mengatakan hal yang sama. Menurut dia, belum ada antusias tinggi dari masyarakat akan jamu atau rempah, pascapengumuman dua orang WNI karena corona. Namun, menurut dia, saat ini pengunjung dan pembeli jamu di kedainya memiliki rasa ingin tahu yang lebih akan khasiat dari rempah asli Indonesia itu.

Tak adanya bahan pengawet dari jamu yang diracik, membuat manfaat selalu terjaga. Bahkan, menurut dia, keawetan minuman tersebut bisa berbulan-bulan, jika masih ada segel yang terpasang. “kalau sudah dilepas mungkin cuma beberapa hari,” kata dia.

Bahan jamu dari rempah juga, kata dia, hanya menggunakan bahan lokal. Yakni, kunyit, jahe merah, jahe putih, asam jawa, rosela, sereh dan lainnya.

“Manfaat intinya sih untuk menjaga ketahanan tubuh, selain dari menghilangkan racun dalam tubuh juga,” ungkap dia.

Santi, mengaku rajin membeli jamu selama beberapa waktu ini untuk mengurangi kekhawatiran terpapar penyakit. Bahkan, secara gamblang ia menyatakan ketakutannya akan wabah corona. Terlebih dengan masker yang saat ini mulai langka di pasaran.

Dari pantauan Republika.co.id di beberapa apotek dan minimarket, ketersediaan hand sanitizer terbilang sudah menipis. Bahkan, masker di banyak apotik, termasuk minimarket, bisa dibilang tak ada.

Asisten apoteker di apotik Metromedica Center di Jakarta Selatan, Fitri (22) juga menyatakan sulitnya masker saat ini. “Imboost dan Stimuno (merek vitamin penambah daya tahan tubuh) memang masih ada. Kalau antiseptik adanya baru sore nanti. Masker dari distributor sudah sulit barangnya,” kata dia.

Menurut dia, sejak diberitakan adanya wabah corona pada WNI, puluhan warga langsung mendatangi apoteknya. Sejak siang hingga sore, Senin (2/3), bahkan, dia mengaku ada puluhan warga yang langsung menanyakan ketersediaan masker.

“Sudah saya bilang ke mereka masker sudah habis sejak lama. Tapi saya bilang juga kalau mau, pesan saja dulu, biarpun harganya belum bisa saya pastikan, soalnya tergantung pengirim,” kata dia.

Dia menyebut, harga masker ketika persediaan masih ada hanya sebatas Rp 280 ribu- Rp 340 ribu per boks dengan isi puluhan masker. Menurut dia, harga tersebut merupakan modalnya, dengan berbagai kualitas.

Hal serupa juga dikatakan oleh staf Apotek K-24 Pasar Minggu, Nova, ketersediaan masker sudah tidak ada di tempatnya. Meskipun ia tak menampik masih ada hand sanitizer dan obat serta vitamin tubuh. “Sudah tidak ada masker, kalau vitamin dan antiseptik standar masih ada,” kata dia.

Mini market di Jakarta Selatan juga sudah kehabisan stok masker. Salah satunya, Monnemy Minimarket di Ragunan.

Menurut Hani, karyawan toko tersebut, keberadaan masker dan beberapa kebutuhan obat vitamin sudah tak ada. Dia menegaskan, sejak kemarin untuk obat dan vitamin yang dijual, masih dengan harga normal, meskipun ia tak menampik harga bisa saja berubah.

“Apalagi kalau dari sananya mahal. Kita mungkin akan menyesuaikan,” ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement