REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengungkapkan, produksi masker di kawasan itu terganggu karena terkendala bahan baku yang sebagian besar berasal dari China.
"Jadi belum ditemukan (ada penimbunan). Karena memang itu bahan bakunya memang habis, kan itu bahan bakunya impor dari China. Dan dengan adanya kasus Corona tentu produksinya juga berkurang," ucap Plt Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah, dan Perdagangan (KUKMP) DKI Jakarta, Elizabeth Ratu Rante Allo, di Jakarta, Selasa (18/2).
Selain karena kelangkaan itu, permintaan masyarakat yang meningkat akibat terpengaruh oleh informasi virus corona juga mengakibatkan harga masker merangkak naik.
"Jadi, kalau bahan bakunya berkurang, otomatis harganya juga akan pasti naik ditambah lagi berita-berita yang mengatakan bahwa ada virus corona yang dampaknya begitu hebat kan. Dan tidak salah juga ya bahwa si masyarakat itu memproteksi dirinya dengan menyimpan masker," kata Ratu.
Menurut Ratu, Pemprov bekerja sama dengan Polda Metro akan mengecek kondisi pasar, terutama Pasar Pramuka yang terkenal sebagai pusat kesehatan.
"Selama ini yang banyak jual alat kesehatan kan Pramuka dan mungkin nanti apotek juga tidak menutup kemungkinan kita akan cek juga," ucap Ratu.
Imbas melonjaknya permintaan di pasar, membuat harga masker meroket. Bahkan, di toko daring, harga masker bisa mencapai Rp 3 juta per kotak. Dari penelusuran di beberapa market place e-commerce, harga yang tercatat paling tinggi sebesar Rp 3 juta per kotak untuk masker jenis N95. Satu pak masker sendiri dari keterangan pelapak berisi 25 masker.