Selasa 05 Nov 2019 10:24 WIB

Radikalisme: Dulu Sarung Kini Cadar dan Celana Cingkrang

Radikalisme: Dulu Sarung Kini Cadar dan Celana Cingkrang

Ilustrasi Bercadar
Foto:
Sekelompok siswa berjilbab di Jakarta pada tahun 1982 yang di larang masuk sekolah.

Uniknya dalam waktu bersamaan muncul juga organisasi yang membawa ide berjuang membawa kekerasan, misalnya Komando Jihad (Komji) yang dipimpin anak muda tamatan SMA asal Medan, Imron. Kemudian muncul berbagai tindakan pengeboman dari bank hingga candi borobudur yang dikaitkan dengan mereka. Bahkan ada yang sangat menghebohkan yakni terjadinya pembajakan pesawat Garuda Woyla yang tengah terbang dari Jakarta ke Palembang. Pesawat ini dibajak dan di terbangkan hingga ’nyelonong jauh’ ke Bandara Don Muang, Thailand.

Pada kurun yang sama juga muncul tragedi berdarah Tanjung Priok. Tiba-tiba kerusuhan meledak di dekat pelabuhan Jakarta itu.  Awalnya hanya konflik yang dipicu dari kemarahan biasa karena ada Babinsa masuk masjid tanpa copot sepatu. Saat itu dia ‘kebelet’ memberangus poster yang terpasang di dinding masjid yang dianggap tak sesuai dengan idiologi bangsa, Pancasila. Poster itu dianggap tak sejalan dengan  rezim tengah gandrung asal tunggal Pancasila.

Maka dari sanalah api kerusuhan mulai makin besar. Meski dari pandangan berbagai orang api dalam sekamnya adalah soal represi kepada umat Islam, terutama akibat lanjutan dari sikap rezim yang memberangus  pihak mengkritisi pemerintah yang tergabung dengan Petisi 50. Di sana ada sosok sangat terkenal yakni AH Nasution, M Natsir, Ali Sadikin, Hartono, dan lainnya. Tak hanya itu kelompok ini dikaitkan dengan kerusuhan  Tanjung Priok karena di sana ada sosok seperti AM Fatwa. Khusus pada kasus ini selain banyak orang yang terbunuh, banyak juga yang sampai sekarang hilang. Namun, meski sudah dibentuk khusus pencari fakta oleh Komnas HAM seusai datangnya reformasi 1988, kejelasan kasus ini tetap abu-abu.

Meski terkesan kuat Islam polotik disudutkan, pada saat itu gairah ke Islaman dan berjilbab oleh perempuan Muslim, tak bisa dicegah bahkan meluas. Perlahan tapi pasti malah semakin massal. Kemudian muncul lagu top yang dinyanyikan kugiran musik asal Bandung: Tri Bimbo. Melalui nyanyian pop yang syairnya di tulis Taufiq Ismail,’Aisyah Adinda Kita’ berhasil memompa semangat para Muslimah berjilbab. Di Jogjakarta, budayawan Emha Ainun Nadjib membuat pertunjukan kolosal teater yang bertajuk 'Lautan jilbab'. Pentas ini sukses besar. Selain tonton ribuan orang, pentas ini menyedot perhatian publik ketika ditampilkan di berbagai kota.

‘’Sebelum pentas ini orang berjilbab masih sedikit. Kami membangkitkannya. Sekarang hampir semua Muslimah terbiasa dengan jilbab. Ini luar biasa. Jilbab ada di mana-mana,’’ kenang Emha dalam sebuah perbincangan.

Nah, bila masa kini ada keributan wacana soal pelarangan celana cingkrang bahkan cadar, maka bila berpaling dalam sejarah, semua pihak tak perlu resah dan heran. Itu hal biasa dan terus berlangsung dari waktu ke waktu. Tak hanya jilbab dan celana cingkrang atau pakaian Muslim lain, dahulu juga ada soal pelarangan celana ketat ala The Beatles, Cut Bray ala Grup Rock, hingga celana jeans robek-robek ala kaum Gipsy. Maka santailah. Biasa sajalah biar sejarah yang akan mencatat apa yang nanti akan terjadi.

Meski begitu, menyadari potret sejarah akan adanya imbas buruk terhadap berbagai fenomena 'pejortif' itu, harapannya adalah di kemudian hari akhirnya suasana keterbelahan ini tidak memuncak pada munculnya berbagai aksi kekerasan yang brutal. Cukup tragedi 1965, pembajakan pesawat, Tragedi Tanjung Priok, Haur Koneng (kekerasan berdarah pada sebuah komunitas yang ingin melaksanakan syariat Islam di Lampung pada 1990-an) saja yang terjadi. Jangan sampai terulangi.

Sekali lagi, semoga tak muncul lagi lagu yang menyayat seperti lagu 'An Nisa' karya Iwan Fals yang tak pernah dirilis atau jadi album rekaman. Lagu ini berkisah soal suasana ketakutan dalam masyarakat Tanjung Priok dan suasana politik kekuasaan pada tahun 1980-an itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement