Jumat 27 Sep 2019 09:35 WIB

Usut Kematian Randi dan Beri Sanksi Pelakunya

Randi adalah mahasiwa Tehnik Sipil Universitas Halu Oleo di Kendari.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah mahasiswa duduk di depan ruang gawat darurat RS Ismoyo Kendari saat menanti jenazah rekannya yang tewas tertembak di Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (26/9/2019).
Foto: Antara/Jojon
Sejumlah mahasiswa duduk di depan ruang gawat darurat RS Ismoyo Kendari saat menanti jenazah rekannya yang tewas tertembak di Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (26/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan prihatin dan duka cita yang sedalam-dalamnya atas wafatnya Immawan Muhammad Randi, mahasiswa Tehnik Sipil Universitas Halu Oleo di Kendari, Sulawesi Tenggara, saat aksi demonstrasi di depan gedung DPRD setempat, Kamis (26/9). Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, mengatakan pihaknya mendesak agar aparatur keamanan mengusut tuntas penyebab kematian Randi. Serta memberikan sanksi dan hukuman kepada siapapun yang terbukti bersalah sesuai hukum yang berlaku.

"Semoga ananda Randi husnul hatimah dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran. Pimpinan Pusat Muhammadiyah meminta kepada aparatur keamanan untuk tidak represif dan mengedepankan pendekatan persuasif," kata Mu'ti melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Jumat (27/9).

Baca Juga

Ia mengatakan, kekerasan terhadap mahasiswa yang semakin meluas tidak bisa dianggap masalah yang sederhana. Karena itu, ia mengimbau agar Menteri Ristek Dikti dan Menteri Agama tidak tinggal diam. Seharusnya, kata dia, sekarang sudah bisa menginstruksikan dan memanggil para rektor untuk bisa berdialog dengan mahasiswa. "Perlu ada jalan keluar yang damai agar masalah tidak semakin meluas," tambahnya.

Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abbas, mengatakan pihaknya sangat menyesalkan jatuhnya korban dalam aksi demonstrasi mahasiswa tersebut. Ia merasa begitu heran karena pihak aparat bisa dengan teganya bertindak keras dan kasar sehingga menyebabkan jiwa dari anak bangsa melayang.

"Sebagai aparatur negara semestinya mereka memahami dengan baik tugas dan misi negara yaitu melindungi rakyatnya. Dan kalau mereka bisa memahami dengan baik akan tugas dan misi mereka seperti yang diamanatkan oleh negara kepada mereka, tentu tidak harus ada jatuh korban yang kritis dan mati seperti ini," kata Anwar.

Sekjen MUI ini mengatakan, pihak keamanan seharusnya menyadari bahwa mahasiswa yang berdemonstrasi juga merupakan putra-putri bangsa yang juga berhak untuk bicara dan menyampaikan aspirasinya. Menurutnya, mahasiswa juga berhak untuk bicara tentang masa depan bangsanya.

"Kita sebagai bangsa sedang mengampanyekan anti kekerasan, tapi pihak aparat mencontohkan yang sebaliknya. Dengan tidak ada rasa malu sedikitpun mereka pertontonkan kepada kita dan dunia kebengisan dan kebiadaban yang tidak terkira," ujarnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Randi dibawa ke Rumah Sakit TNI AD dr Ismoyo pada pukul 16.18 WITA. Setelah menjalani perawatan kurang lebih lima menit, mahasiswa tersebut meninggal dunia. Namun, Danrem 143/HO Kolonel Inf Yustinus Nono Yulianto mengatakan belum bisa dipastikan apa penyebab meninggalnya mahasiswa tersebut, apakah terkena peluru tajam atau peluru karet. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement