Jumat 13 Sep 2019 06:01 WIB

Habibie dan Teori Zig Zag yang Dicemooh

Meski dicemooh, Teori Zig Zag Habibie ketika diterapkan sukses menurukan kurs dolar.

BJ Habibie
Foto: edwin dwi putranto
BJ Habibie

Oleh : Teguh Setiawan, wartawan senior.

Suatu hari di awal 1997 saya tergopoh-gopoh mendatangi BRI Tower II di Jl Sudirman. Ada BJ Habibie yang akan memberikan ceramah. Tempatnya di lantai atas gedung, yang saat itu masih relatif baru.

Seperti biasa, saya datang terlambat. Mobil BJ Habibie, Mercedez Benz tahun 1954, telah terparkir di depan lobby gedung. Saya bergegas naik lift.

Beruntung, acara belum dimulai. Saya duduk di belakang bersama beberapa wartawan. Ada seorang pengamat ekonomi nomor wahid di jagad nusantara tak jauh dari kelompok wartawan.

Ketika Habibie mulai berbicara, semua orang mendengar. Itulah kali pertama di depan publik Habibie mengemukakan Teori Zig Zag untuk menstabilkan gejolak moneter.

Saya sudah lupa secara rinci teori itu. Yang saya ingat adalah Habibie mengutarakan teori itu secara rinci, dan landasan perhitungan yang digunakannya.

Di belakang, sang pengamat ekonomi nomor wahid tersenyum sinis, dan berujar; "Emang mobil bisa zig zag." Wartawan menahan tawa. Seorang kawan, wartawan ekonomi dari koran besar saat itu, tertawa tanpa suara. Hanya perutnya yang terlihat mental-mental.

Saya diam saja. Saya berusaha fokus. Saya mencatat semua, sebab saya yakin ini harus jadi berita. Yang lain sibuk bergunjing, atau terus tertawa dan tertawa.

Usai acara, sang pengamat ekonomi ngeloyor dan dikejar wartawan yang meminta pendapatnya. Dia mengulangi pernyataannya, ekonomi bukan mobil yang bisa disuruh zig zag.

Saya nggak tahu apakah komentar itu menghiasi halaman depan koran-koran terkenal. Saya hanya fokus pada tugas saya saja.

Yang saya tahu, teori itu digunakan saat BJ Habibie menjadi presiden beberapa bulan dan -- bersama serangkaian kebijakan lainnya -- sukses menstabilkan moneter. Dolar merosot dari Rp 16.00 menjadi Rp 6.500.

Habibie membalik ramalam Lee Kuan Yew, saat itu telah menjadi menteri senior Singapura, bahwa dolar akan menjadi Rp 20 ribu jika sang teknokrat menjadi presiden. Dalam satu kesempatan berbicara kepada wartawan, Habibie komentarnya soal suksesnya membalikan ramalam Lee Kuan Yew. Habibie menjawab; "Mr Lee Kuan Yew sangat fair. Dia menelepon saya ketika saya bisa menciptakan sentimen positif, dan dolar menjadi Rp 6.500."

Teori zig zag terlupakan bersamaan lengsernya BJ Habibie. Jusman Safi'i Djamal, yang membantu Habibie merumuskan teori itu, sempat menulis tentang teori ini. Menurutnya, teori zig zag menggunakan pendekatan stabilisasi aerodinamika.

Saya nggak tahu apakah sang pengamat ekonomi itu masih ingat bagaimana mencemooh teori itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement