Jumat 09 Aug 2019 17:55 WIB

Idul Kurban Memerdekakan Diri dari Karakter Buruk Binatang

Idul kurban momentum menyempurnakan keimanan dan ketakwaan kepada Allah

Dalam menyembelih hewan, Islam mengajarkan proses penyembelihan berlangsung dengan cepat dan tidak menyakitkan.
Foto:

Tauhid cinta

Perjuangan Ibrahim dalam melakukan penyembelihan anaknya dihadapkan pada bujuk rayu dan godaan setan yang luar biasa dahsyat. Dalam melawan provokasi setan, Ibrahim terbukti berhati ikhlas dan merdeka dari segala bujuk rayu jahat setan.

Karena itu, berkurban tidak semata merupakan proses transendensi berupa peneguhan relasi spiritual dengan Tuhan, tetapi juga merupakan proses liberasi dari segala godaan setan keduniaan dan sekaligus humanisasi dengan menyucikan hati melalui sikap peduli. Dengan cintanya yang ikhlas, autentik, dan heroik, Ibrahim meneladankan kepada kita pentingnya tauhid cinta sejati kepada Allah. Tauhid cinta mengantarkan seseorang menemukan kebenaran dan kebaikan dalam menjalani kehidupan penuh makna.

Tauhid cinta meneguhkan bahwa sumber kebenaran, kebaikan, kedamaian, dan kebahagiaan itu adalah cinta sejati kepada-Nya. Sebagai teladan tauhid cinta, Ibrahim sukses menemukan kehadiran Tuhan dalam hati, pikiran, dan kehidupannya.

Ajaran berkurban yang diteladankan Ibrahim sejatinya untuk mengakhiri dan menghapuskan tradisi pengorbanan dan perbudakan manusia, karena manusia itu tidak sepatutnya diperbudak, dijajah, dan dijadikan korban atas nama apa pun.

Nilai kemanusiaan ibadah kurban adalah kemerdekaan dan kebebasan manusia dengan segala hak-hak asasinya, terutama hak untuk hidup secara layak. Itulah mengapa Allah 'menggagalkan' penyembelihan Ismail dengan mengganti sembelihan yang besar.

Dengan demikian, esensi dan spirit berkurban adalah pemerdekaan umat manusia dan bangsa.

Kemerdekaan bangsa yang sudah diproklamasikan para pendiri bangsa dengan perjuangan dan pengorbanan yang tulus, harus terus diwarisi para pemimpin dan generasi muda negeri tercinta agar cita-cita mulia para pendiri bangsa dapat diwujudkan. Ibrahim pada akhirnya sukses menggapai cinta Ilahi dan cinta kemanusiaan sejati berupa aktualisasi cita-cita mulia, yakni memerdekakan 'Ismail' yang dicintainya sehingga menjadi generasi penerus perjuangannya.

Dalam konteks ini, tiap-tiap warga harus melestarikan spirit berkurban dengan memerdekakan kembali bangsa ini dari segala bentuk penjajahan: merdeka dari sistem ekonomi yang tidak sesuai dengan nilai Pancasila, merdeka hegemoni bangsa lain. Jadi, kemerdekaan tanpa perjuangan dan spirit berkurban yang tulus tidak bermakna apa-apa. Kemerdekaan bangsa ini akan dapat dirawat, dimajukan, dan direkatkan dengan tali spirit berkurban dengan ketulusan, kejujuran, dan kesabaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement