Rabu 24 Jul 2019 09:41 WIB

Tajuk Koran Republika: Mendorong Tiket Murah Pesawat

Pemerintah berencana menerapkan diskon tarif pesawat 50 persen

Tiket pesawat
Foto: Republika
Tiket pesawat

REPUBLIKA.CO.ID, Wacana untuk menurunkan harga tiket pesawat terus bergulir. Pemerintah berencana menerapkan diskon tarif pesawat 50 persen dari tarif batas atas (TBA) setiap hari, tidak hanya pada Selasa, Kamis, dan Sabtu, pukul 10.00 hingga 14.00 waktu setempat, seperti yang berlaku saat ini.

Sebelumnya, Kemenko Perekonomian menetapkan kebijakan penurunan tiket maskapai penerbangan berbiaya hemat kepada Citilink Indonesia dan Lion Air. Kebijakan harga tiket 50 persen dari TBA dilakukan pada Selasa, Kamis, dan Sabtu pada pukul 10.00 hingga 14.00.

Dalam kebijakan penurunan harga tiket, pemerintah juga menentukan jumlah rute penerbangan yang harus dijual 50 persen dari TBA pada Selasa, Kamis, dan Sabtu, pukul 10.00 sampai 14.00. Untuk Lion Air, mencapai 146 penerbangan dengan total 8.278 kursi, sementara Citilink harus menerapkan kebijakan tersebut terhadap 62 rute penerbangannya dengan total 3.348 kursi.

Kebijakan itu masih saja dikeluhkan karena kebutuhan masyarakat akan pesawat tentu tidak hanya pada hari-hari tertentu atau jam-jam tertentu. Masyarakat tidak bisa dipaksa untuk hanya membeli tiket pada saat diskon diberikan. Jadi idealnya, penerapan itu bisa berlangsung sepanjang hari dari jam berapa pun.

Tak hanya memukul pengguna jasa transportasi udara, harga tiket yang tinggi juga berpengaruh pada bisnis lain seperti ekspedisi barang. Sektor pariwisata juga terpukul. Bahkan, kini ada kecenderungan wisatawan nusantara beralih melancong ke luar negeri karena tiket pesawat yang lebih murah.

Bagi maskapai penerbangan, persoalan ini tentu juga bukan masalah kecil. Maskapai tidak bisa begitu saja menurunkan harga tiketnya. Beban operasional yang ditanggung oleh maskapai penerbangan juga sangat besar. Jika tidak ada jalan keluar yang bijaksana dalam menyikapi harga tiket pesawat, maskapai penerbangan bisa bangkrut dan tak mampu beroperasi.

Maskapai penerbangan membutuhkan adanya insentif yang bisa meringankan biaya operasionalnya. Salah satu maskapai Lion menyebut salah satu insentif fiskal yang bisa diberikan pemerintah adalah dengan membangun banyak bengkel di Indonesia. Dengan begitu, maskapai tidak perlu lagi mengirim suku cadangnya ke luar negeri. Pada akhirnya, langkah itu akan mengurangi biaya maskapainya.

Pemerintah kini memang sedang menggodok insentif fiskal yang bakal diberikan kepada maskapai penerbangan berbiaya hemat atau low cost carrier (LCC). Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan, ide untuk menerapkan diskon tiket setiap hari membuat maskapai penerbangan menuntut insentif fiskal lebih banyak kepada pemerintah. Salah satu insentif yang diajukan maskapai adalah pembangunan bengkel pesawat di Indonesia demi menekan biaya perawatan.

Budi menyebutkan, pembahasan perluasan penerapan diskon tiket ini akan dilakukan hingga sebulan mendatang. Budi juga menyampaikan, pemerintah akan menggandeng pelaku industri pariwisata, termasuk Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) untuk ikut memberikan diskon kepada pelancong.

Menurut dia, pemberian diskon tiket pesawat nantinya akan ditambah dengan diskon dari hotel atau wahana wisata di sejumlah destinasi. Cara itu diyakini lebih ampuh untuk mendongkrak kunjungan wisata setelah sempat lesu karena harga tiket yang mahal. Tentu masih banyak kebijakan lain yang bisa dilakukan agar beban maskapai bisa turun dan pada akhirnya, tarif pesawat tetap bisa dijangkau masyarakat pada umumnya.

Masyarakat awam tentu tak semua memahami alasan tarif pesawat bisa tinggi. Mereka kadang hanya bisa membandingkan tarif pesawat di luar negeri dengan jarak tempuh yang sama harganya bisa jauh lebih murah. Sementara bagi maskapai penerbangan, biaya operasional yang tinggi tentu menjadi pertimbangan menentukan harga tiket.

Kita berharap pemerintah dan pihak maskapai bisa segera mencari jalan keluar yang permanen dan menguntungkan bagi semua pihak. Pengguna transportasi udara tidak dibebani dengan harga tiket yang terlalu mahal, sementara maskapai tetap dapat beroperasi dengan sehat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement