Kamis 21 Feb 2019 08:07 WIB

Mengapa Literasi Media Begitu Penting?

Literasi media penting karena hoaks atau berita bohong semakin memenuhi ruang publik.

Hoax. Ilustrasi
Foto: Indianatimes
Hoax. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Suwatno, Guru Besar Komunikasi Organisasi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia, Kaprodi Pendidikan Ekonomi Sekolah Pascasarjana UPI

Era revolusi Industri 4.0 saat ini ditandai dengan banjirnya informasi. Hanya dalam hitungan detik, puluhan, ratusan, bahkan ribuan informasi masuk melalui perangkat pintar. Sayangnya, tidak ada keterangan valid yang menjelaskan itu informasi benar atau bohong.

Berita bohong bahkan kadang diawali dengan kalimat, “Ini informasi valid. A1.” Faktanya, informasi yang masuk sering berupa hoaks, disusul dengan hoaks, dan hoaks lagi. Akibatnya, banyak orang yang termakan berita bohong tersebut.

Sementara adagium komunikasi mengatakan, kebohongan yang disampaikan berulang-ulang sampai seribu kali dapat berubah menjadi kebenaran. Allah SWT dalam Alquran surah al-Hujurat ayat (6) memberikan petunjuk menghadapi masa membingungkan ini.

Terjemah bebasnya kurang lebih begini, “Hai orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa informasi, periksalah secara teliti. Dengan demikian, tidak terjadi musibah gara-gara berita bohong yang kamu tidak mengetahui berita yang sebenarnya. Kalau terjadi musibah karena berita bohong itu, niscaya kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Kata kunci mengatasi berita hoaks menurut Alquran adalah tabayun, meneliti informasi tersebut secara teliti. Pujangga Keraton Surakarta Raden Ngabehi Rangga Warsita (hidup 1802-1873) menamai era serbahoaks ini dengan sebutan Zaman Kalabendu.

Dalam syairnya yang sangat terkenal Rangga Warsita menulis, “Amenangi jaman edan. Ewuh aya ing pambudi. Melu edan ora tahan. Yen tan melu anglakoni, boya kaduman melik, kaliren wekasanipun. Dilalah karsa Allah, begja-begjane kang lali, luwih begja kang eling lawan waspada.”

Kata dia, pada zaman informasi yang membingungkan, satu-satunya cara adalah selalu waspada. Zaman sekarang, orang yang mampu membedakan informasi hoaks dan informasi sebenarnya disebut melek media.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement