Ahad 03 Feb 2019 07:19 WIB

Ulama Panutan Umat

Ulama selain memiliki ilmu yang dalam, juga harus mempunyai integritas tinggi.

KH Didin Hafiduddin
Foto: Republika
KH Didin Hafiduddin

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: KH Didin Hafidhuddin

Paling tidak terdapat dua ayat Alquran yang secara langsung berisikan kata-kata ulama, yaitu QS asy-Syu’ara (26) ayat 197 QS Fathir (35) ayat 28. “Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama bani Israil mengetahuinya.” (QS asy-Syu’ara [26] ayat 197).

“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir [35]: 28).

Pada ayat pertama (QS 26: 197), meskipun konteksnya berkaitan dengan ulama bani Israil, makna yang terkandung tetap bersifat umum, yaitu berlaku bagi ulama di mana pun dan kapan pun, bahwa ulama itu adalah orang atau kelompok orang yang memiliki pengetahuan agama (dirasah Islaamiyyah) yang berbeda dengan masyarakat secara umum. Oleh karena itu, ulama menjadi tempat bertanya sekaligus rujukan bagi umat tentang berbagai hal yang berkaitan dengan masalah-masalah keagamaan dalam dimensi yang luas.

Ayat tersebut sekaligus mengisyaratkan kedekatan ulama dengan masyarakat dan umat. Umat tidak segan-segan dan tidak sungkan-sungkan bertanya meminta saran dan nasihat kepada mereka. Jika terdapat seseorang yang memiliki pengetahuan agama yang luas dan mendalam tetapi bukan menjadi rujukan masyarakat, maka sejatinya ia bukanlah ulama.

Ayat pertama ini terkait firman Allah pada surah at-Taubah ayat 122: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberikan peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” Bahwa tafaqquh fi addien (pengetahuan agama yang mendalam) harus menghasilkan kesediaan untuk melakukan inzaar (memberi peringatan pada masyarakat, sekaligus memperbaiki kehidupan mereka).

Pada ayat yang kedua (QS 35: 28) dijelaskan bahwa ulama itu di samping memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam, juga memiliki integritas prubadi yang kuat. Memiliki akhlakul karimah. Menjadi panutan umat dalam kehidupan kesehariannya. Khasyyah-nya atau takutnya hanya kepada Allah SWT semata yang tecermin dari ucapannya, tindakannya, dan perilakunya secara menyeluruh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement