Senin 28 Jan 2019 05:47 WIB

Kiai Ma’ruf dan Sandi Uno

Kajian dan berita lembaga luar negeri memberikan evaluasi kritis atas ekonomi kita.

Presiden Direktur Karim Consulting Indonesia (KCI) Adiwarman A Karim saat diwawancarai Republika di Jakarta, Selasa (6/11).
Foto: Republika/Prayogi
Presiden Direktur Karim Consulting Indonesia (KCI) Adiwarman A Karim saat diwawancarai Republika di Jakarta, Selasa (6/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Adiwarman A Karim

Ada yang menarik dalam kontestasi politik kali ini. Kedua calon wakil presiden adalah pegiat Masyarakat Ekonomi Syariah. Keduanya menawarkan konsep ekonomi baru untuk menjawab berbagai tantangan ekonomi yang makin beragam. Pemikiran kedua tokoh ekonomi syariah ini diharapkan dapat ikut mewarnai kebijakan pemerintah dalam periode 2019-2024.

Membangun Indonesia ibarat lari estafet. Pemimpin silih berganti memberikan tongkat estafet dari generasi ke generasi berikutnya. Kerja keras pemimpin sebelumnya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, menjadi amanah bagi penerusnya untuk melanjutkan yang baik dan menyempurnakan yang masih perlu disempurnakan.

Evaluasi kritis berbagai lembaga dalam dan luar negeri membantu kita memahami perspektif lain dari cara melihat keberhasilan, harapan perbaikan tanpa harus berkeluh kesah, dan menyiapkan langkah perbaikan dengan memberikan warna ekonomi syariah.

Seakan orkestra, beberapa kajian dan pemberitaan lembaga luar negeri memberikan evaluasi kritis terhadap kinerja ekonomi Indonesia. Diawali dengan kajian Bank Dunia tentang "Infrastructure Sector Assesment Program" edisi Juni 2018 yang dirilis pada Januari 2019. Yang masih ramai dibincangkan adalah artikel majalah the Economist yang berbasis di London berjudul “Indonesia’s economic growth is being held back by populism” tanggal 17 Januari 2019.

Tidak seluruhnya benar, tidak pula seluruhnya salah. Data yang sama dapat dilihat dari perspektif yang berbeda. CNBC Indonesia, misalnya, menurunkan tulisan “The Economist Kritik Jokowi, Seperti Apa Kondisi Sebenarnya?” tanggal 25 Januari 2019. Bahkan, bantahan atas bantahan pun hanya memperjelas perbedaan cara pandang atas data yang sama.

Di sinilah peran penting kedua cawapres untuk memahami perbedaan cara pandang suatu masalah ekonomi. Bukan dengan berpihak pada salah satu cara pandang, tapi menambahkan cara pandang lain yang lebih jernih, tajam, dan memberikan kemanfaatan terbesar bagi Indonesia. Cara pandang ekonomi syariah.

Tidak banyak manfaatnya bila kedua cawapres hanya mengikuti arus besar pemikiran ekonomi konvensional. Tidak ada manfaatnya bila sekadar memberikan pembenaran atas konsep yang saat ini dianggap benar oleh arus utama pemikiran ekonomi. Tidak pula sekadar menyalahkan konsep ekonomi tanpa memberikan solusi atas kekurangan yang ada.

Rakyat menaruh harapan besar kepada kedua cawapres untuk membawa angin segar, pemikiran baru, memahami perasaan sebagian besar rakyat. Perasaan galau yang belum tertata rapi, tapi terasa menyesakkan. Perasaan yang berkecamuk, tapi masih kesulitan mendefisikan keinginan hati dalam bentuk rumusan yang mudah dimengerti. Kerisauan yang tak tersalurkan.

Ketika arus besar pemikiran ekonomi konvensional hampir-hampir tidak menyisakan ruang untuk konsep lain, Kiai Ma’ruf Amin bergerak lincah mewarnai regulasi dengan prinsip syariah, membangun komunikasi hangat dengan semua pihak, merangkul dan mengumpulkan semua potensi umat yang terserak.

Menawarkan konsep ekonomi syariah tanpa intimidasi, meninggikan syariah tanpa merendahkan, merangsek maju tanpa menepikan, menaikkan nilai tawar tanpa menjatuhkan. Sosok ulama fikih yang lentur, teguh pendirian dengan akhlak seorang sufi. Beliau adalah master mind dari semua gerakan ekonomi syariah di Indonesia.

Ketika kesenangan dunia melenakan, Sandi Uno memilih jalan terjal mendirikan beberapa unit usaha syariah tanpa banyak diketahui orang. Bertahun-tahun menjadi secret wishperer dalam gerakan Masyarakat Ekonomi Syariah, terasa tanpa harus terlihat, ibarat rasa manis gula dalam kopi.

Selalu bekerja keras dalam melaksanakan komitmennya, bermain cantik dengan cara cerdas, dan pada akhirnya ikhlas berserah diri pada ketetapan Allah. Sosok pebisnis yang paham betul seluk beluk kerasnya kehidupan ekonomi, rindu akan nilai-nilai ekonomi syariah, dan bertekad keras mewujudkannya. Beliau adalah man of commitment.

Betapa indah melihat kedua cawapres ini berinterkasi. Kiai Ma’ruf terlihat berulang kali menepuk pundak Sandiaga Uno yang dengan santun berulang kali mencium tangan Kiai. Hubungan orang yang dimuliakan dengan yang memuliakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement