Kamis 13 Sep 2018 15:04 WIB

PKS: Chemistry PBB Lebih Dekat ke Prabowo-Sandi

Dalam waktu dekat, Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra akan bertemu dengan Jokowi.

Rep: Deddy Darmawan Nasution/ Red: Andri Saubani
Suasana Pembukaan Musyawarah Kerja Nasional II Partai Bulan Bintang (PBB) di Hotel Peninsula, Jakarta, Jumat (4/5).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Suasana Pembukaan Musyawarah Kerja Nasional II Partai Bulan Bintang (PBB) di Hotel Peninsula, Jakarta, Jumat (4/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Pencapresan PKS Suhud Aliyuddin mengatakan, secara kedekatan, Partai Bulan Bintang (PBB) lebih condong kepada kubu Prabowo-Sandiaga. Ia pun tak meyakini PBB akan memilih bergabung dengan Koalisi Indonesia Kerja (KIK) pengusung pasangan calon Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

“Secara chemistry lebih dekat ke koalisi kami,” kata Suhud melalui pesan tertulis kepada Republika.co.id, Kamis (13/9).

Suhud enggan menjelaskan alasan PBB lebih dekat dengan koalisi Prabowo-Sandi. Ia mengatakan, perlu diverifikasi kebenaran sinyal partai yang diketuai oleh Yusril Ihza Mahendra itu bakal bergabung bersama pejawat.

“Saya kok, nggak yakin,” katanya singkat. Sayangnya, Suhud belum bersedia mengomentari lebih jauh karena sikap tersebut selebihnya merupakan kewenangan internal PBB.

Sebagaimana diketahui, Yusril dalam beberapa waktu terakhir kerap kali memberikan sinyal ingin bergabung dengan KIK. Salah satunya dari pernyataan Yusril yang menilai Presiden Joko Widodo tidak perlu cuti atau mundur karena maju kembali di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Selain itu, Yusril mengakui akan menggelar pertemuan dengan pejawat Jokowi dalam waktu dekat. Ia mengatakan, pertemuan tersebut untuk membangun komunikasi politik. Sebab, sebelumnya PBB sudah bertemu dengan kubu pasangan bakal capres dan cawapres Prabowo Sandiaga-Sandiaga Uno pada 30 Agustus lalu.

"Akan ada pertemuan itu (dengan Jokowi), dan saya pikir kita kan sudah bertemu dengan Sandiaga dengan Prabowo. Membangun komunikasi kan biasa, mendengar siapa saja," ujar dia.

Baca juga:

Sebelumnya, ia mengaku hasil pertemuan dirinya dengan Prabowo-Sandi belum memenuhi harapan PBB. Terutama soal strategi bersama agar PBB kembali masuk ke parlemen dengan lolos ambang batas parlemen empat persen. Ia juga menyebut, Sandiaga tidak berani memastikan bisa mensinergiskan strategi agar 2019 PBB kembali ke Senayan.

Direktur Eksekutif Riset Indonesia Toto Sugiarto menilai, sinyal PBB akan bergabung dengan kubu Jokowi-Ma’ruf mencerminkan sikap realistis partai politik dalam menghadapi Pemilu. “Saya kira ini bagian dari rencana perhitungan PBB bahwa kalau merapat ke Prabowo-Sandi akan kurang baik secara politik,” kata Toto saat dihubungi, Kamis (13/9).

Menurut Toto, perhitungan itu berdasarkan tingginya potensi untuk tidak lolos di parlemen dengan ambang batas minimal empat persen. Bergabung dengan kubu pejawat setidaknya sejauh ini yang paling memungkinkan untuk bisa masuk di parlemen. Sebab, citra Presiden Joko Widodo sedang baik di mata masyarakat karena dinilai cukup berhasil.

Hanya saja, Toto mengatakan, belum tentu Koalisi Indonesia Kerja berikut Joko Widodo dan Ma’ruf Amin menerima begitu saja kehadiran PBB. Masuknya partai baru ke tubuh koalisi akan mengubah komposisi koalisi. Disatu sisi, bisa jadi ada resistensi dari partai koalisi. “Jokowi juga belum tentu terima. Sebab dari sisi citra publik, PBB belum tentu baik dan belum tentu berdampak positif,” kata Toto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement