REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon wakil presiden (cawapres) Sandiaga Uno mengaku kedatangannya ke kediaman Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bukan bermaksud membujuk Yenny Wahid masuk ke dalam timnya. Menurut dia, kedatangannya hanya sekadar silaturahim kepada keluarga tokoh nasional sekaliber Gus Dur.
"Saya tidak dalam posisi mengundang (Yenny Wahid)," kata dia usai mengunjungi kediaman Gus Dur, di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (10/9).
Menurut dia, Yenny sebagai bagian dari keluarga Gus Dur, merupakan salah satu pencetak pejuang keberagaman dan toleransi. Karena itu, ia melanjutkan, posisi Yenny saat ini lebih diperlukan sebagai orang yang merawat keberagaman.
Sandiaga menegaskan, saat ini, tokoh-tokoh bangsa memiliki tugas kita ada tugas yang lebih penting. Tugas itu tak lain adalah menjaga Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2019 berjalan sejuk, teduh, damai, dan rukun.
"Saya tidak ingin saling tarik-tarikan kayak transfer, kata pak Prabowo. Jangan seperti transfer pemain sepak bola, saling panas panasan terus tarik menarik," ujar dia.
Namun, perempuan bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid itu mengaku dirinya ditawarkan masuk ke dalam tim sukses Prabowo-Sandiaga. Hal itu, kata dia, dinyatakan langsung oleh Sandiaga dalam kunjungannya.
"Ini Pak Sandi tadi (mengajak). Tadi kan sowan-sowan saja, tapi beliau minta saya masuk ke tim pemenangan," kata dia.
Menurut dia, tak hanya Sandiaga yang meminta dirinya bergabung. Dari pihak yang berbeda, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah lebih dulu datang dan menyampaikan tujuannya.
Namun, saat ini Yenny masih menimbang pilihan yang ada. Pasalnya, masih akan ada pembicaraan dari kedua belah pihak. Dalam waktu dekat, kata dia, bakal calon presiden (capres) Prabowo juga berencana datang ke kediamannya.
Ia mengatakan, dirinya akan menghormati segala proses komunikasi yang terjalin. "Pak Jokowi kan sudah hari Jumat, Pak Sandiaga hari ini, besok Pak Prabowo. Tapi nantilah, kalau orang NU itu diselesaikan semuanya melalui shalat istikharah," kata dia.
Selain itu, Yenny juga masih perlu meminta izin kepada ibundanya, Sinta Nuriyah. Pasalnya, selama ini sosok ibunya selalu berada di posisi tengah atau tidak mendukung siapa-siapa.
"Jangan-jangan nggak dikasih izin mendukung keduanya. Kita kan nggak tahu juga. Sebisa mungkin, saya berharap izin turun dari ibunda saya jadi kita bisa leluasa menetapkan pilihan," kata dia.
Meski belum menentukan pilihan, Yenny berharap kedua tim sukses pasangan calon tidak menggunakan isu SARA dalam kampanyenya. Ia menegaskan, Sandiaga juga telah berkomitmen dirinya tak akan menggunakan isu SARA untuk mendulang suara dalam Pilpres 2019.