Kamis 06 Sep 2018 07:53 WIB

Efek Berantai Pelemahan Rupiah

Pukulan telak dirasakan industri penerbangan akibat melemahnya rupiah

Menukarkan Dolar AS. Petugas menghitung mata uang Dolar As warga saat menukarkan mata uang di jasa penukaran mata uang, Jakarta, Rabu (5/9).
Foto:
Rupiah Melemah di Akhir Pekan. Pialang mengamati pergerakan nilai tukar Rupiah di Global market PermataBank, Jakarta, Jumat (13/7).

 

Saat ini, Inaca sedang menunggu penerapan kenaikan tarif batas bawah yang telah dirumuskan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Rencananya, tarif batas bawah naik 5 persen dari 30 persen menjadi 35 persen daripada tarif batas atas.

Namun, pelemahan rupiah juga dapat mendatangkan berkah. Bank Indonesia (BI) berharap penguatan dolar AS bisa dimanfaatkan oleh eksportir untuk meraup devisa lebih banyak lagi.

Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) Soekowardojo mengatakan, Sulawesi Utara merupakan salah satu daerah yang bisa meraup manfaat dari pelemahan rupiah. Sebab, Sulut punya komoditas kelapa yang jadi andalan ekspor. 

"Rupiah melemah, nilai jual produk akan lebih besar," katanya di Manado, kemarin.

Kegiatan ekspor merupakan penyumbang devisa terbesar bagi Provinsi Sulut maupun negara secara keseluruhan. Sehingga, kata dia, pelemahan rupiah harus dimanfaatkan. Ia menjelaskan, walaupun Sulut masih bergantung pada komoditas kelapa yang harganya cenderung turun, tetapi eksportir masih bisa meningkatkan nilai ekspor dengan pelemahan rupiah.

Baca Juga: 'Impor Beras Ikut Andil dalam Pelemahan Rupiah'

Industri perikanan juga bisa memanfaatkan momentum penguatan dolar AS. Destructive Fishing Watch (DFW) menyatakan penguatan dolar AS merupakan peluang untuk dapat meningkatkan jumlah ekspor komoditas sektor kelautan dan perikanan.

"Kondisi ini mesti dimanfaatkan oleh pelaku usaha perikanan untuk menggenjot ekspor," kata Koordinator Nasional DFW Moh Abdi

Suhufan. Menurut Abdi, pemerintah dan dunia usaha perikanan perlu bersinergi memanfaatkan peluang menguatnya mata uang AS tersebut.

Namun demikian, ia mengakui peluang meningkatkan volume ekspor masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti harga dan kualitas produk, atau faktor seperti harga ikan di luar negeri yang sedang murah. Selain itu, adanya kemungkinan produksi negara lain juga meningkat.

Pemerintah, ujar dia, perlu memantau aktivitas perdagangan ikan agar kebutuhan dalam negeri bisa terpenuhi sehingga tidak menimbulkan inflasi. "Namun, pada sisi lain, peluang ekspor bisa dimanfaatkan secara optimal," ucap Abdi.

(antara, ed: satria kartika yudha)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement