Rabu 18 Jul 2018 13:50 WIB

Pengamat: Mahfud Bisa Bantu Jokowi Tepis Isu Komunis

Mahfud dinilai bisa membantu Jokowi melawan isu-isu negatif.

Rep: Mabruroh/ Red: Bayu Hermawan
Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD memberikan keterangan usai konferensi pers di kantor BPIP, Jakarta, Kamis (31/5).
Foto: Republika/Gumanti Awaliyah
Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD memberikan keterangan usai konferensi pers di kantor BPIP, Jakarta, Kamis (31/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis sosiologi dan Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, Musni Umar menilai Mahfud MD berpeluang besar dipilih sebagai calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi capres Joko Widodo (Jokowi) di pemilihan presiden (pilpres) 2019. Mahfud dinilai bisa membantu Jokowi melawan isu-isu negatif yang kemungkinan akan menyerang capres pejawat itu, salah satunya isu komunis.

Musni melakukan analisa berdasarkan jika Mahkamah Konstitusi (MK) tidak mengabulkan judicial review terhadap ambang batas pengajuan calon presiden (presidential threshold). Sehingga dalam pertarungan Pilpres 2019 nanti hanya ada dua calon yang bertarung yakni Jokowi dan kemungkinan besar Prabowo. "Kecilnya kemungkinan judicial review PT menjadi 0 persen, menyebabkan perbincangan publik sekarang terpusat siapa calon Wakil Presiden Jokowi dan Prabowo? " katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (18/7).

Saat ini, ada empat nama yang disebut masuk dalam daftar cawapres Jokowi, yakni Muhaimin Iskandar, Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang, Airlangga Hartarto dan Mahfud MD. Dari sederet nama-nama tokoh politik maupun cendekiawan tersebut, menurutnya tidak mudah bagi Jokowi untuk memilih dan menjadikan sebagai bakal calon Wakil Presiden untuk dirinya. Alasannya tentu saja persoalan politik dan sosiologis, karena meskipun sebagai negara Islam namun banyak aliran dan organisasi yang tidak mudah dipersatukan dalam politik.

"Sulit bagi Jokowi memilih pendamping dalam Pemilihan Presiden 2019 nanti," ujarnya.

Musni kembali menjabarkan akan masuk akal apabila Jokowi memilih Airlangga Hartarto dari Golkar. Karena partai Golkar merupakan partai pemenang Pemilu nomor dua setelah PDIP.  "Akan tetapi secara sosiologis, untuk kepentingan elektoral kurang tepat, karena tingkat popularitas dan elektabilitas Airlangga tidak tinggi," katanya.

Begitu pun sambungnya apabila memilih Muhaimin Iskandar (cak Imin) yang selama ini dijagokan oleh PKB. Karena belum tentu partai-partai politik yang memperoleh dukungan suara lebih besar dari PKB rela jika calon wapres Jokowi diserahkan kepada Muhaimin. "Bukan alasan politik saja tapi secara sosiologis faktor ketokohan seseorang juga sangat menentukan untuk dipilih oleh rakyat," ungkapnya.

Bila sebelumnya menganalisis para tokoh politik kata Musni, bagaimana bila kemudian Jokowi disandingkan dengan para tokoh cendekiawan seperti Sa'id Aqil Siradj dan Ma'ruf Amin sebagai cawapres. Menurutnya peluang lebih besar bila Jokowi disandingkan dengan dua nama tersebut, hanya saja belum tentu Jokowi bisa memenangkan Pilpres 2019 jika berpasangan dengan kedua tokoh NU.

"Karena kan jumlah pemilih jauh lebih besar yang bukan NU. Sudah terbukti Ibu Megawati ketika berpasangan dengan KH Hasyim Muzadi dalam Pilpres 2004 dikalahkan oleh SBY yang berpasangan dengan JK," ujarnya.

Oleh karena itu, hasil analisisnya menyebutkan Jokowi akan berhasil apabila dipasangkan dengan tokoh yang mempunyai hubungan kultural dengan NU, diterima oleh Muhammadiyah dan berbagai kelompok di masyarakat yang sangat heterogen. Dan yang paling penting dan tidak boleh dilupakan, harus juga diterima oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan partai-partai koalisi pemerintah.

"Saya menduga (Jokowi dengan) Mahfud MD, dia mengetahui kelebihan dan kekurangan Prabowo sebagai lawan tanding Jokowi, juga bisa menepis isu SARA, isu komunis, isu anti ulama yang sering ditohokkan kepada Jokowi," jelasnya.

Baca juga: Jokowi Kantongi Nama TGB, Mahfud MD, dan Airlangga

Sebelumnya Jokowi mengaku nama cawapres untuk mendampingi dirinya semakin mengerucut. Jokowi mengatakan nama-nama tersebut yang masih digodok bersama dengan partai koalisinya yakni Mahfud MD, Tuan Guru Bajang Zainul Majdi, serta Airlangga Hartarto. Ia mengatakan selalu bertemu dengan ketua partai untuk membahas cawapres pendampingnya nanti.

"Ya saya terus bertemu dengan ketua-ketua partai hampir setiap hari tapi banyaknya tertutup," ujarnya.

Berbagai usulan bakal cawapres pun diperolehnya dari para ketua partai koalisi pendukung. Namun, ia kembali menegaskan nama-nama cawapres tersebut masih akan digodok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement