Kamis 05 Apr 2018 00:07 WIB

‘Ada Pergeseran Pola Konsumsi Miras Oplosan’

Sekarang ini, orang membeli miras yang sudah dioplos oleh penjual.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Ratna Puspita
Lokasi penjualan miras oplosan di daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan, saat ini garis polisi masih kelilingi toko jamu itu, Rabu (4/4).
Foto: Republika/Rahma Sulistya
Lokasi penjualan miras oplosan di daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan, saat ini garis polisi masih kelilingi toko jamu itu, Rabu (4/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kriminolog Universitas Indonesia Kisnu Widagso memandang sekarang ini terdapat sedikit perbedaan pola konsumsi minuman keras (miras) oplosan. Perbedaan itu terlihat dari kasus miras oplosan di Jakarta dan sekitarnya, yang menewaskan lebih dari 20 orang tewas. 

Menurut Kisnu, fenomena miras oplosan ini bukanlah hal yang baru. Dahulu, kata dia, masyarakat mengonsumsi miras oplosan dengan membeli miras legal yang dicampur dengan bahan lain, seperti minuman energi hingga lotion anti nyamuk. 

Namun, kasus-kasus di Jakarta dan sekitarnya menunjukkan orang mengonsumsi miras yang sudah dioplos oleh penjual. "Kalau ada yang jual sudah oplosan berarti ada perbedaan di sini," ujar Kisnu saat dihubungi Republika, Rabu (4/4).

Kisnu berpendapat, bila terdapat penjual yang menjual miras dalam kondisi oplosan, maka aparat harusnya lebih meningkatkan pengawasan. "Siapa saja yang jual, jual ke siapa, di razia, kemana peredarannya, itu harus diperhatikan mulai dari bir, anggur dan sebagainya. Benar tidak peruntukannya, punya izin jual tidak, punya izin distribusi tidak. Kalau tidak punya, ya ditindak," kata dia.

Kisnu mengatakan, miras bukanlah hal yang aman meskipun tidak dioplos sekalipun. Ketika miras dicampur atau dioplos bahan-bahan lain maka akan memberikan efek lebih buruk bagi pengonsumsinya. 

Dia berpendapat para peminum tersebut memang ingin mendapatkan sensasi berbeda dari upaya mengoplos miras tersebut. Padahal, efeknya justru membahayakan, mulai dari sekedar pusing hingga hilangnya nyawa.

Karena itu, Kisnu menambahkan, yang terpenting dari semua itu, masyarakat juga perlu edukasi terkait miras. Menurut dia, masyarakat sebaiknya tidak lagi menganggap miras aman. 

"Itu bukan hanya masalah jauhi oplosan, saya takutnya bergeser, intinya jangan sentuh alkohol gitu, jadi terakhir seolah orang orang bilang boleh aja minum miras asal jangan dioplos, padahal harusnya ya jauhi alkohol lah, begitu intinya," kata dia menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement