Senin 05 Mar 2018 05:19 WIB

Ramalan Bill Gates dan Krisis di Depan Kita

Rentang krisis ekonomi pun diprediksi bakal lebih pendek siklusnya.

Bill Gates
Foto:

Di Tanah Air, krisis juga berimbas pada penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Namun, dampak yang diperoleh Indonesia relatif minim dibandingkan negara-negara lain. Salah satu penyebab nya lantaran rasio ekspor terhadap produk domestik bruto (PDB) (29 persen) lebih rendah dibandingkan negara-negara kawasan seperti Singapura (200 persen) dan Malaysia (100 persen).

Krisis ekonomi global 2008 juga menghadirkan dampak terhadap perbankan dalam negeri. Bank Century lantas di-bailout oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang dipimpin menteri keuangan kala itu, Sri Mulyani Indrawati. Kebijakan itu dinilai tidak tepat dan berujung pada persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta.

Makin pendek

Peneliti di The Institute for Development of Economics and Finance, Bhima Yudhistira, menilai krisis ekonomi global yang diprediksi Gates berpotensi menular ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Rentang krisis menjadi alasan.

"Rentang krisis bukan hanya dua dekade, tetapi terjadi 10 tahun sekali, bahkan ada yang lima tahun sekali, seperti 2008 kemarin ada (bailout) Century. Lalu, di Eropa pada 2013 krisis utang. Jaraknya makin pendek," ujar Bhima, Ahad.

Terkait proyeksi Gates, Bhima menilai itu disebabkan penguatan dolar AS terhadap sebagian besar mata uang dunia, termasuk rupiah, beberapa waktu belakangan. Kemudian, ada fenomena investor mengejar keuangan yang tidak rasional. Imbasnya, sejumlah pasar saham mengalami penurunan.

"Merujuk ke Indonesia, sebanyak 42 persen surat utangnya dipinjam asing. Yang kedua, 60 persen saham kita dikuasai asing. Belum lagi sektor perbankan," kata Bhima.

Rasio cadangan devisa Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) hanya 14 persen, sedangkan negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Filipina dan Thailand, lebih baik, masing-masing 28 persen dan 58 persen. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), posisi cadangan devisa Januari 2018 mencapai 131,98 miliar dolar AS atau lebih tinggi dibandingkan posisi akhir Desember 2017 sebesar 130,20 miliar dolar AS.

Oleh karena itu, kata dia, pemerintah harus siap mengantisipasi potensi krisis keuangan. Pemerintah pasti juga sudah mengambil pelajaran dari krisis-krisis terdahulu. Upaya pemerintah untuk menghadapi krisis yakni terus-menerus memperkuat fundamental ekonomi dengan memperbesar porsi industri manufaktur.

"Yang terakhir adalah pendalaman pasar keuangan. Pemerintah harus meningkatkan kepemilikan domestik dengan menerbitkan instrumen-instrumen retail," ujar Bhima.

(Pengolah: muhammad iqbal)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement